Bahan Langka, Cuma Sedia Sepuluh Porsi

Bung Fe memproses bahan baku pumpuk layaknya orang-orang tua dulu ketika hendak memasak kukus rap menggale. Sebelum diolah menjadi tepung rap menggale, singkong dibersihkan dengan cara direndam di air mengalir selama belasan jam.

Langkah selanjutnya, singkong dibuat menjadi tepung yang oleh masyarakat Belitung disebut tepung rap menggale. Nah, lantaran sulit mendapat pasokan singkong sebagai bahan tepung rap menggale, porsi pumpuk yang dibuat di Warung Kopi 1001 pun jadi terbatas.

”Setiap hari sepuluh piring,” ucap Bung Fe. Karena itulah, Jawa Pos termasuk beruntung masih bisa mencicipi.

Menurut Fe, ide awal menghadirkan pumpuk dan bubur jawak justru berasal dari pengunjung yang datang dari luar Pulau Belitung. Mereka yang sempat mencicipi dan kemudian jatuh cinta dengan makanan tradisional itu. ”Banyak yang tanya. Lalu kami hadirkan,” tuturnya.

Karena itulah, ada pergeseran menu sejak warungnya buka pada September lalu. Semula gangan, makanan tradisional Belitung lainnya, yang diandalkan warung kopi miliknya. Kini berganti pumpuk dan bubur jawak.

Sejak itu pula, PNS di lingkungan Pemkab Belitung Timur itu gencar mempromosikan pumpuk dan bubur jawak. Selain memajang menunya di luar warung, setiap pramusaji dilatih agar bisa menjelaskan panjang lebar jika ada pengunjung yang bertanya. Mulai asal usul, bahan, cara bikin, sampai rasa.

Jawa Pos sudah membuktikan sendiri wawasan para pramusaji Warung Kopi 1001 itu. Sebelum bergegas ke dapur untuk menyiapkan pesanan, dia bisa menjelaskan dari A sampai Z saat ditanya soal dua makanan tersebut. Fe berencana terus menghadirkan terobosan terkait pumpuk. Dipoles sehingga lebih modern.

”Saya mau buat kecil-kecil tapi banyak varian rasa,” ujarnya setengah berbisik di tengah alunan musik akustik yang malam itu meramaikan warungnya.

Bukan hanya pumpuk kering dan pumpuk basah, dia juga ingin ada pumpuk keju, cokelat, dan aneka rasa lain. ”Sekarang masih uji coba,” imbuh Bung Fe.

Kendalanya, selain sulit mendapat bahan dasar, dia sulit mencari cetakan pumpuk yang pas. Juga, tidak gampang mendapat takaran bahan yang sesuai agar pumpuk bisa lebih tahan lama. Bisa dibawa bepergian dua atau tiga hari. Kemudian dihangatkan kembali. ”Agar bisa jadi buah tangan para pelancong,” katanya.

Tinggalkan Balasan