Pada saat pertemuan keempat 14 September 2017 lalu, Capétang kedatangan mahasiswa dari luar negeri di antaranya berasal dari Jerman yang tengah mengikuti program AISEC untuk mengkampanyekan proses pemilahan sampah dan gaya hidup bersih.
Salah seorang mahasiswa asal Jerman Patrick menyebutkan saat itu pihaknya memang melakukan beberapa percakapan dengan sejumlah grup orang Indonesia yang ada di Capétang. ”Kami mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi dengan masyarakat Indonesia dan berdiskusi mengenai waste management system atau sistem pemilahan sampah. Sejujurnya apa yang terjadi di Indonesia akan berpengaruh ke tempat lainnya di dunia. Kami mengetahui kesulitan masyarakat Indonesia dalam memilah sampah dan hal ini akan jadi bahan untuk didiskusikan dengan tim untuk kemudian dirumuskan langkah aksi selanjutnya,” kata pemuda pertama Jerman yang ikut program AISEC ke Indonesia tersebut. (*)
Capetang Hidupkan Kamis Bahasa Inggris
BILA Anda ingin belajar atau memperlancar Bahasa Inggris tetapi tidak ada lawan bicara dan tak punya biaya, mungkin bisa berkunjung ke Taman Sejarah. Di taman ini setiap Kamis mulai pukul 12.00-13.00 ada kegiatan Capétang atau Conversation With People in English at Taman Sejarah Bandung.
Baca Juga:Remaja, Waspadai Penyakit KatastropikAngkat Pariwisata melalui Seni Budaya Lokal
Kegiatan yang dilaksanakan Humas Pemkot Bandung ini tergolong masih baru. Hingga minggu ini, Capétang sudah digelar untuk kali keempat atau satu bulan. ”Kami (Humas Pemkot) masih melakukan percobaan. Ini baru dua kali kan, alhamdullilahnya ternyata banyak yang ikut,” ujar Raesita Rahmawati, Penanggung Jawab Capetang.
Guru yang mengajar pun bukan sembarang orang. Melainkan adalah Misan Anan Alamsyah, seorang penggiat dan guru Bahasa Inggris yang mempunyai klub bernama Taman Bahasa Inggris.
Dari keterangan Raesita, Misan merupakan guru yang suka mengajarkan Bahasa Inggris ke Aparatur Sipil Negara di Dinas-dinas Kota Bandung.
Lalu bagaimana sistem belajarnya?
Tidak ada buku, tidak ada papan tulis.
Tetapi peserta semua langsung mengobrol memakai Bahasa Inggris.
Bagi peserta yang tidak bisa bicara dengan Bahasa Inggris, dituntun oleh Misan secara perlahan.
