”Peluangnya cukup besar karena sudah dikenal publik. Tinggal bagaimana caranya peluang tadi didukung dengan kekuatan partai supaya dia bisa mendaftar,” katanya.
Apalagi dengan isu yang beredar, Golkar mulai menjajaki untuk ikut bergabung dengan Emil itu akan menambah kekuatan bagi Emil. Sehingga hal tersebut harus bisa dimanfaatkan sebaik mungkin. ”Apakah dengan menawarkan program atau menawarkan salah satu kader Golkar sebagai pendamping,” ucapnya.
Di sisi lain, politik juga abu-abu. Tidak bisa ditebak. Makanya, dia mewanti, Emil bersama tim berhati-hati dalam memilih pendamping. Minimal pendamping yang mempunyai kemampuan tidak jauh dengan dirinya.
”Pendampingnya harus orang yang punya pengetahuan, pengalaman serta intregitas yang tidak jomplang. Juga tidak ego, sehingga benar-benar bisa kompak,” imbuhnya.
Lantas bagaimana untuk meyakinkan masyarakat untuk memilih? Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat agar mau memilih Emil sebagai gubernur, kata Asep, maka yang ditawarkan harus sesuai dengan standar keinginan masyarakat. Pertama harus bisa meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Pendidikan, Kesehatan. ”Tidak kalah penting adalah meningkatkan daya beli,” ujarnya.
Kemudian, meningkatkan pemerataan pembangunan di Jabar. Bila ini dilakukan, makan kesenjangan pembangunan, khususnya di bagian selatan, utara dan tengah tidak terjadi lagi.
Terakhir tidak kalah penting, reformasi birokrasi. ”Emil harus bisa menunjukkan bahwa kelak Jabar akan mempunyai birokrasi yang bersih, berkualitas dan kedekatan sosial yang menggambarkan Jabar aman nyaman dan tidak ada konflik,” tandasnya.
Senada dengan Asep Warlan, pengamat politik Unjani Arlan Sida mengatakan, dengan melihat elektabilitas dan popularitas yang ada, maka cukup mumpuni dan percaya diri (PD) bagi Wali Kota Bandung ini untuk maju. Dan suatu kewajaran jika Emil berani mencalonkan menjadi Jabar I.
”Masuknya Ridwan Kamil (Emil) ikut dalam kompetisi di Pilgub yang akan datang pasti menambah semarak dan makin seru secara dinamika politik,” ujar Arlan kepada Jabar Ekspres.
Menurut Arlan, terobosan-terobosan yang dilakukan oleh Emil menjadi pelajar politik dan pemerintahan. Namun secara politis, kelemahan Emil tidak memiliki partai atau bukan kader. ”Berarti masih kurang untuk pengetahuan politiknya,” ucap dia.