Nasirun, si Pengumpul Karya Pejuang Kebudayaan

Sebuah lukisan karya Umi Dahlan di atas kanvas yang diletakkan di lantai menunggu giliran untuk dibingkai. Lukisan karya Umi Dahlan termasuk yang paling banyak dikoleksi Nasirun.

Saya juga ’’menemukan’’ lukisan karya RM Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hadjar Dewantara di antara koleksi pelukis 52 tahun itu. Lukisan Ki Hajar berobjek sepeda motor.

Ada pula karya Emiria Sunassa berangka tahun 1933. Dia adalah pelopor perupa perempuan Indonesia.  Beberapa karya Emiria Sunassa yang dikoleksi Nasirun akan dipinjam untuk dipamerkan di Europalia Art Festival Indonesia di Belgia.

Koleksi-koleksi lainnya yang sudah selesai dirapikan di pajang di private collection room yang terletak di seberang rumahnya. Nasirun membangun ruang koleksi pribadi itu bekerja sama dengan arsitektur Eko Prawoto.

’’Ya, inilah cara saya untuk menghormati, mengucapkan terima kasih, menghargai para senior saya. Master,’’ ucap Nasirun tentang koleksinya itu.

Terutama untuk menghargai guru dan dosennya. Merekalah yang merenda, berjuang untuk kebudayaan. ’’Dan saya agak sedikit tidak rela mereka ’dihilangkan’ dari sejarah (seni). Nggak ada yang menceritakan soal perjuangan mereka pada generasi penerus,’’ lanjutnya.

Nasirun menempuh pendidikan di Sekolah Seni Rupa Indonesia (SSRI) Jogjakarta pada 1983. Kemudian dia melanjutkan kuliah di Jurusan Seni Murni Institut Seni Indonesia (ISI) Jogjakarta pada 1987 dan lulus 1994. Karyanya kini menyebar di berbagai negara dan menjadi koleksi banyak museum, galeri, dan pribadi. Harga lukisannya kini jangan ditanya lagi.

Selain produktif melukis, Nasirun juga seorang kolektor yang tekun dan serius. Jika melihat banyaknya koleksinya, tidak terbayang bagaimana dia mengumpulkan satu per satu artefak itu. ’’Dari tahun 1995 saya jadi tukang traveling, silaturahmi ke ahli waris (para seniman yang telah meninggal dan karyanya dia koleksi, Red),’’ ucapnya.

Menurut perupa yang dialek Banyumasan-nya masih kental itu, ada romantisme ketika menemui para ahli waris yang pernah bersinggungan dengan karya para seniman yang kini jadi koleksi Nasirun. ’’Entah itu istrinya atau suaminya. Itu cara saya mencari artefak doa rupa yang punya nilai histori,’’ tutur bapak tiga anak ini.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan