Budidaya dan Pemandulan Nyamuk Aedes aegypti dengan Radiasi Nuklir di Batan

Pengendalian nyamuk Aedes aegypti dengan insektisida tidak efektif dan tak ramah lingkungan. Kemudian muncul upaya ’’alami’’ menekan pertumbuhan nyamuk inang (vektor) virus Dengue itu. Seperti pemandulan nyamuk jantan berbasis nuklir oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan).

M.Hilmi Setiawan, Jakarta

SUARA nguing-nguing langsung terdengar, begitu pintu ruang Ae. aegypti Mass Rearing Laboratory komplek Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) Batan, Lebak Bulus, Jakarta dibuka. Pusat dari suara berasal dari ratusan ribu nyamuk Aedes aegypti yang berada di dalam delapan kandang.

Di setiap kadang berkelambu tipis setinggi satu meter dengan lebarnya dua jengkal itu, hidup sekitar 18 ribu nyamuk. Setiap kandang ada yang khusus berisi nyamuk jantan semua atau khusus betina semuanya.

Sebagai pusat budidaya nyamuk bermotif putih-hitam itu, tidak hanya tersimpan nyamuk dewasa. Tetapi juga ada telur nyamuk, larwa atau jentik, dan pupa alias kepompong nyamuk.

Kepala Kelompok Entomologi Batan Ali Rahayu menceritakan riset budi daya nyamuk penyebab demam berdarah itu berjalan mulai 2004. Kemudian dia mengikuti pelatihan khusus di Austria pada Mei – Agustus 2007. ’’Budidaya atau ternak nyamuknya mulai rutin pada 2011-2012 lalu,’’ jelasnya. Dalam sehari puluhan ribu telur dihasilkan.

Ali menjelaskan program beternak nyamuk itu merupakan bagian dari kegiatan teknik serangga mandul (TSM). Di mana TSM menjadi strategi pengendalian nyamuk Aedes aegypti, yang menularkan penyakit demam berdarah Dengue (DBD). ’’Sebelum soal pemandulan dengan radiasi nuklir, beternak nyamuknya harus sukses dulu,’’ kata pria kelahiran Bandung, 9 April 1957 itu.

Dia lantas menceritakan alur pembudidayaan nyamuk khas daerah beriklim tropis itu. Proses budidaya dimulai dengan perkawinan alami nyamuk di dalam kandang. Setelah sukses kawin, keluar telur nyamuk menyerupai serbuk berwarna hitam menempel di kain yang disiapkan.

Supaya nyamuk betina bisa bertelur, harus diberi makan darah segar. Tim peneliti memelihara marmut secara khusus untuk makanan nyamuk betina. Marmut itu ditempatkan di dalam kandang mungil. Kemudian dimasukkan ke kadang nyamuk. Beberapa saat kemudian nyamuk Aedes aegypti betina rame-rame menghisap darah marmut.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan