Moses menambahkan, kebijakan dari PT GTS tersebut sudah selaras dengan rekomendasi yang dikeluarkan Polresta Solo. Dalam surat rekomendasi itu, kepolisian tidak memberikan izin kepada suporter Persib untuk datang ke Solo.
”Jadi, semua sudah jelas, laga ini hanya bisa disaksikan oleh penonton umum dan pendukung Persija,” tegasnya.
Keputusan tersebut, lanjut Moses, juga sudah adil. Sebab, setiap Persib menjadi tuan rumah, pendukung Persija juga dilarang untuk memberikan dukungan secara langsung.
Laga melawan Persib harus dihelat di Solo karena Persija masih berada dalam masa hukuman. Persija dilarang menghelat pertandingan di Jakarta. Tapi, di mana pun laga digelar, duel kedua tim selalu rawan gesekan kedua pendukung.
Misalnya yang terjadi di Cikarang, Bekasi, pada 22 Oktober lalu. Salah seorang suporter Persib, Muhammad Rovi Arrahman alias Omen, tewas setelah dikeroyok sejumlah orang sesudah menyaksikan laga Persib melawan Persegres Gresik United di Stadion Cikarang. Belakangan, para pengeroyok itu diidentifikasi polisi sebagai Jakmania alias pendukung Persija.
Tapi, kubu Persib belum bisa menerima keputusan PT GTS itu. Manajer Persib Umuh Muchtar merasa bahwa pihaknya diperlakukan tidak adil. ”Toh, selama ini pendukung kami tidak pernah berbuat onar di dalam atau di luar stadion,” kecam Umuh.
Menurut dia, idealnya, pertandingan itu berlangsung tanpa penonton. Sejauh ini, yang dia dengar, Bobotoh –pendukung Persib– akan berangkat dengan 58 bus ke Solo. ”Namun, kami sudah melarang. Seharusnya pendukung Persija juga tidak ada di dalam laga itu biar adil,” ucapnya. (ben/c11/ttg/JPG/fik)