Hadapi Unras 4 November, Presiden Gandeng Ulama

Sementara itu, KH Ma’ruf Amin mengatakan bahwa salah satu hal yang disampaikan para ulama memang perihal pernyataan Basuki Tjahaja Purnama mengenai ayat Alquran. “Yang kemudian menjadi tidak menentu, dikaitkan dengan berbagai masalah, kemudian menjadi tidak proporsional dan di luar konteks,” terangnya.

Semua pihak, lanjut Ma’ruf, sudah sepakat bahwa seluruhnya diproses secara terhormat melalui jalur hukum. “Presiden mengatakan bahwa beliau sudah memerintahkan ini diproses dan beliau tidak akan intervensi terhadap masalah ini,” lanjut dia.

Selain itu, para ulama yang hadir kemarin sepakat mengimbau agar aksi demo berjalan menurut koridor yang telah ditetapkan. Demo harus dilakukan dengan santun, damai, dan tanpa aksi anarkistis. Juga jangan sampai para demonstran terprovokasi pihak tertentu.

Senada disampaikan Haedar Nashir. Menurut dia, jalur hukum akan membuat para pihak bersengketa secara elegan tanpa bumbu politis dan SARA. Yang lebih penting, menurut Haedar, harus ada komitmen ke depan untuk membangun budaya hukum, politik, hingga sosial kemasyarakatan dengan baik. “Belajarlah dari pengalaman ini tentang perlunya para pejabat publik, tentu termasuk para tokoh agama, untuk merawat kata. Karena dari kata itulah sering ada bencana,” tuturnya.

Haedar mengingatkan, bangsa Indonesia dibangun lewat proses perjuangan panjang. Termasuk di dalamnya integrasi antar kekuatan agama yang mewakili golongan yang majemuk.

Sementara itu, potensi kerusuhan pada demo Jumat lusa tersebut, salah satunya, disebarkan dari media sosial (medsos). Rais Syuriah PB NU KH Ahmad Ishomuddin menjelaskan, indikasi itu sangat mudah ditemukan di medsos. Ada banyak ujaran kebencian yang dimunculkan di sana. “Medsos ternyata malah memanaskan suasana,” ujar dia seusai diskusi Ancaman Radikalisasi dan Terorisme di Pilgub DKI di Griya Gus Dur, Jakarta, kemarin.

Ishom -sapaannya- mengingatkan, bila tidak segera diredam, potensi kerusuhan tersebut bisa jadi berbahaya. Dia mencontohkan konflik yang pernah terjadi di Mesir, yang juga bermula, salah satunya, dari medsos. “Mesir hancur gara-gara provokasi dari Facebook,” tutur dia. (byu/jud/dod/idr/c9/c11/ang)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan