Mako yang Seram, Ciku Kecil yang Menakutkan

Menyusuri Jejak Sejarah Pramoedya Ananta Toer dan Eks Tapol di Pulau Buru (2)

Selain ditempatkan di unit-unit penampungan, beberapa tahanan politik (tapol) di Pulau Buru dikirim ke Markas Komando (Mako) Waeapo. Namun, tidak sembarang tapol yang ditempatkan di kamp khusus itu. Inilah lanjutan catatan wartawan Jawa Pos DIAR CANDRA yang pekan lalu mengunjungi pulau tersebut.

”SIAPA pun yang dipanggil ke Mako Waeapo, hanya ada dua pikiran di kepalanya. Ketemu neraka atau surga,” kata Diro Utomo, eks tapol Pulau Buru yang sampai sekarang masih bertahan di pulau pembuangan para tapol pada era Presiden Soeharto itu ”Yang dikirim ke sini (Mako) adalah tapol yang keras kepala, pemberontak, tapi punya keahlian tertentu,” tambah Diro saat ditemui di rumahnya, kawasan Unit IV Savanajaya, sekitar 5 km dari Mako Waeapo, Jumat (9/10).

Saat masih menjadi kamp pengasingan tapol, Pulau Buru dibagi dalam 22 unit penampungan yang tersebar di seluruh penjuru pulau. Jarak antarunit cukup jauh dan terasing karena masing-masing dikelilingi hutan serta perbukitan. Untuk menempatkan para tapol ke unit mereka, penguasa saat itu harus mengerahkan perahu-perahu Marinir karena alat transportasi yang ada hanya itu.

Ketika itu, 1969-1979, Pulau Buru belum banyak dihuni manusia. Hutannya masih lebat, terpencil, dan tidak ada apa-apanya. Baru setelah ada tapol, di Pulau Buru mulai ada ”kehidupan”. Sebab, para tapol harus bekerja keras untuk membuka lahan sebagai tempat tinggal.

Nah, di antara 22 unit penampungan itu, Mako Waeapo dikesankan paling angker bagi tapol. Para komandan Buru, kata Diro, berkumpul di Mako yang saat ini bekas lokasinya terletak di belakang Polsek Waeapo itu. Setiap gerak-gerik tapol diawasi 24 jam oleh para komandan. Yang melanggar aturan mendapat sanksi tegas.

”Jangan membayangkan hidup di Mako lebih enak jika dibandingkan di unit. Justru sebaliknya. Namun, ada yang menyebut derajat hidup tapol yang tinggal di Mako akan membaik,” cerita eks tapol asal Boyolali, Jawa Tengah, itu.

Diro pernah mengalaminya. Semula, dia ditempatkan di Unit XVIII Adhipura, di wilayah Waelata. Pada 1972, dia dipindahkan ke Mako hingga akhir masa hukuman pada 1979.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan