Di Balik Keberhasilan Satgas Tinombala Polri-TNI Memburu Santoso

Strategi perburuan berkali-kali diubah, disesuaikan dengan keunggulan dan kelemahan lawan. Kehilangan GPS membuat kian banyak anak buah Santoso yang tertangkap.

 ILHAM WANCOKO, Poso

RONNY Suseno masih mengingat betul masa-masa perburuan yang sangat berat itu. Medan terjal, jalanan bercabang-cabang bekas penebang kayu, dan alat komunikasi yang sama sekali tidak berfungsi. ”Kami sering kehilangan arah,” ujarnya.

Ketika itu, awal 2015, Ronny sudah bertugas sebagai Kapolres Poso, Sulawesi Tengah. Setelah buron teroris Santoso terdeteksi berada di wilayah yang dipimpinnya, pria berpangkat AKBP tersebut mendapat tugas memimpin operasi perburuan pertama Santoso dengan sandi Camar Maleo

Ronny dan 200 anggotanya harus memburu Santoso cs yang berjumlah 50-an orang di kawasan hutan Bukit Biru seluas 2.400 kilometer persegi. Dan berada 1.200 meter di atas permukaan laut.

Soal jumlah dan persenjataan, tim Polri memang lebih banyak. Tapi, soal pengenalan medan, Santoso cs lebih paham. ”Santoso dan beberapa kawannya itu sudah sejak kecil mengenal Bukit Biru. Mereka paham betul jalur-jalur tersembunyi itu,” ungkap arek Suroboyo tersebut.

Yang dialami Ronny itu setidaknya menggambarkan mengapa dibutuhkan waktu sekitar 1,5 tahun untuk bisa melumpuhkan Santoso. Medan yang dihadapi memang sangat berat.

Santoso akhirnya bisa ditewaskan tim Alfa 29 Raider Kostrad pada Senin dua pekan lalu (18/7). Tapi, keberhasilan itu jelas bukan hanya hasil kerja sebuah tim. Melainkan buah kerja sama yang apik antara TNI dan Polri yang bersatu dalam Satuan Tugas (Satgas) Operasi Tinombala tersebut.

Keduanya berhasil melepaskan ego kesatuan dan menyatukan tujuan. Operasi Tinombala merupakan operasi gabungan pertama Polri dan TNI pascareformasi. ”Kami sebenarnya ingin cara yang lebih damai. Apa mau dikata, berbagai upaya agar mereka menyerah tidak terwujud,” ucap Wakil Komandan Satgas Operasi Tinombala Brigjen TNI Ilyas Alamsyah.

Dalam Operasi Camar Maleo yang pertama, kenang Ronny, pengejaran dilakukan hanya berdasar informasi mentah soal posisi Santoso. Ke-200 anggota Polri naik ke Bukit Biru dengan melewati jalur utama.

Mereka bersamaan berjalan kaki selama empat hari untuk bisa mendeteksi posisi Santoso. Ketika itu Ronny masih dibantu mantan anggota TNI Daeng Koro alias Sabar Subagyo.

Tinggalkan Balasan