Di Balik Keberhasilan Satgas Tinombala Polri-TNI Memburu Santoso

Ada kalanya tim Polri mendeteksi keberadaan anggota Santoso cs. Tim lantas bergerak mengejar. Kontak tembak pun beberapa kali terjadi. Tapi, sering kali gerombolan teroris itu menghilang di lebatnya hutan Bukit Biru. ”Bukitnya itu keriting naik turun,” ujarnya.

Saking susah dan terbatasnya logistik, akhirnya Ronny terpaksa memutuskan pengejaran dilakukan empat hari dalam seminggu. Empat hari mengejar dan dua hari mengisi logistik. ”Semua itu dilakukan beberapa bulan,” katanya.

Kondisi kian runyam saat ternyata sering kali upaya tim tersebut naik ke Bukit Biru disergap Santoso cs. ”Saat itu kami sadar mengejar Santoso perlu persiapan lebih.”

Pada Maret 2015 Operasi Camar Maleo selesai. Polri memutuskan untuk melanjutkan operasi itu dengan sandi Operasi Camar Maleo II hingga 7 Juni. Kondisi yang sama terjadi, Santoso belum tertangkap. Namun, satu per satu anggotanya mulai tertangkap. ”Kalau tidak salah, pertengahan 2015 itu ada 34 orang yang bisa ditangkap,” jelasnya.

Pertengahan 2015 tersebut, Wakapolda Sulawesi Tengah Kombespol Leo Bona Lubis mulai memimpin operasi pengejaran Santoso. Lebih dari 600 prajurit Brimob Polri dikerahkan untuk mengejar Santoso. ”Langkah pertama, semua anggota Santoso mulai dikenali,” ujar Leo saat ditemui di Pos Polisi Air dan Udara Tokorondo Sektor Dua, Poso, Jumat (22/7).

Berbagai peralatan komunikasi juga diperbanyak. Bahkan, alat komunikasi dari Inggris yang digunakan pasukan khusus pun dipakai. Sayang, ternyata alat komunikasi itu sama sekali tidak berfungsi di Bukit Biru.

Padahal, dalam kondisi genting seperti itu, komunikasi untuk melakukan koordinasi sangat penting. ”Saya paling khawatir kalau tidak bisa komunikasi. Ya karena cuaca di Bukit Biru itu,” terangnya sembari menunjuk puncak Bukit Biru yang terlihat dari pos tersebut.

Pada Senin dua pekan lalu itu, puncak Bukit Biru memang tampak diselimuti awan tebal walau cuaca tak hujan. Dari kejauhan tampak garis-garis putih yang melintang di badan bukit. ”Nah, garis-garis itu jalan. Jalan itu berkelok, bercabang tak tentu arahnya,” papar dia.

Yang membuat Leo senang, dalam sebuah penyergapan, didapatkan alat global positioning system (GPS) milik Santoso cs. ”GPS yang bisa diamankan itu penting,” ujar polisi yang saat ini menjabat komandan Satgas Operasi Tinombala tersebut.

Tinggalkan Balasan