Di Balik Keberhasilan Satgas Tinombala Polri-TNI Memburu Santoso

Hal itulah yang membuat saat kontak tembak berlangsung, bisa jadi posisi Santoso tidak lagi ada di belakang. Sehingga potensi melumpuhkan Santoso bisa lebih besar. ”Saya berupaya terus mempelajari strategi Santoso cs,” ucap Rudy.

Misalnya, selama berada di Bukit Biru, ternyata Santoso itu dalam sehari tiga kali salat: Subuh, Duhur, dan Magrib. Salatnya dijamak terus. ”Salat Jumat malah tidak pernah dilakukannya. Semua pola itu penting untuk melumpuhkan dia,” ujarnya.

Rudy menambahkan, pengejaran di hutan dengan kondisi yang tidak ramah itulah yang membuat Polri meminta bantuan TNI pada akhir 2015. Awal 2016, TNI mulai terlibat dalam operasi pengejaran Santoso.

Kerja sama apik dua kesatuan itulah yang kemudian mengakhiri hidup Santoso. Itu pun dicapai dengan penuh perjuangan. Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menerangkan, tim Alfa harus menyergap Santoso dengan mengendap-endap. ”Mereka harus diam dan bergerak senyap saat malam selama sebelas hari di hutan,” ujarnya.

Mereka menuju titik lokasi yang selama ini dicurigai sebagai lokasi Santoso cs. Semua itu juga dilakukan pasukan dari TNI, bukan hanya tim Alfa 29. ”Mereka telah menjalankan tugas dengan baik,” tegasnya.

Menurut Rudy, tentu semua prajurit yang berjasa akan mendapatkan penghargaan. Yang utama, semua pasukan yang terlibat dalam Operasi Tinombala juga bakal mendapat perhatian.

Meski Santoso sudah tewas, pengejaran terhadap 18 anggotanya terus dilakukan. Bahkan, tim Alfa masih berada di hutan. ”Mereka tidak ditarik turun. Kita tidak boleh terlena dengan tewasnya Santoso.” (*/c9/ttg/rie)

Tinggalkan Balasan