Sarmini, Pencetak Hafiz dan Hafizah yang Metodenya Banyak Diadopsi

Ada dua keranjang baju. Setiap keranjang diangkat dua santriwati. Pakaian basah itu lantas dibawa ke jemuran. Mereka hanya dilibatkan dalam menjemur, sedangkan mencuci pakaian dengan mesin dilakukan sendiri oleh ustadah yang bertugas mencuci. Saat waktu mendekati salat Duhur, para santri sudah selesai menjemur pakaian. Mereka kemudian mengembalikan keranjang baju dan bergabung dengan santri lain untuk menunaikan salat berjamaah.

Kartika Sari, salah seorang wali siswa, menyatakan, banyak kelebihan yang dimiliki Markaz Quran Utrujah. ”Anak diajari tanggung jawab walaupun masih kecil,” ujar dia.

Hasilnya, anak-anak jadi cepat mandiri dalam menghafal. Dia memberi contoh anaknya, Aisyah Tsamroh, yang baru dua tahun mondok di tempat itu. ”Dia jadi dewasa dan bertanggung jawab,” katanya.

Karena menghafal Alquran membutuhkan fisik yang prima, makanan untuk para santri juga sangat diatur. Siswa tidak boleh membeli jajan di luar. Hanya saat hari libur mereka boleh beli jajan. Itu pun dibatasi hanya Rp 10 ribu.

Setiap siswa selalu diberi makan sayuran. Mereka juga dibatasi untuk makan gorengan. Daging ayam yang dipilih tidak sembarangan. Harus daging sehat yang tidak disuntik hormon. Utrujah mempunyai langganan khusus dengan harga yang lebih murah.

Karena kemampuan para siswanya, para santri Utrujah pun pernah diundang untuk mengisi acara di salah satu stasiun TV nasional. Mereka diminta menunjukkan kebolehan menghafal Alquran. Para siswa bergantian memperlihatkan kemampuan. Jadilah Utrujah pun semakin berkibar. Lembaga pendidikan dari berbagai daerah pun datang untuk studi banding. Dalam sebulan setidaknya ada dua lembaga yang datang.

Banyak sekolah yang kemudian mengadopsi dan memakai nama Utrujah. Antara lain di Samarinda, Jogjakarta, Malang, dan Depok. Yang mengadopsi kurikulum saja tanpa nama terdapat di Sidoarjo, Mojokerto, dan Gresik.

Sarmini juga menjadi konsultan di banyak sekolah Islam. Dia juga semakin sibuk mengisi seminar Alquran di berbagai wilayah. Misalnya di Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Gorontalo, Sumatera, Aceh, Riau, Bengkulu, dan Lampung. Sarmini juga menulis buku dengan judul Alhamdulillah Balitaku Khatam Alquran. Buku kedua sedang dikerjakan. ”Saya ingin terus mengembangkan lembaga pendidikan hingga punya SMP sampai SMA,” katanya. (*/c9/ttg/rie)

Tinggalkan Balasan