Dilaunching saat MOS, Bandung Masagi Targetkan Cetak 700 Fasilitator

Rencannya kurikulum Bandung Masagi ini akan diterapkan ketika MOS nanti. Sehingga, TOT ini akan dilakukan sebanyak tiga tahan. TOT tahap pertama digelar sampai tiga hari ke depan. TOT tahap dua dan tiga akan digelar paska lebaran.

”Bandung Masagi ini adalah pendidikan karakter yang berakar dari nilai-nilai filosofi kearifan lokal urang Sunda, di mana yaitu Silih Asih, Silih Asah, Silih Asuh dan Silih Wawangi,” ucapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung Dr Elih Sudiapermana MPd mengaku optimistis, Bandung Masagi bisa diluncurkan pada awal tahun ajaran 2016/2017.

”Implementasinya terkait dengan masa orientasi peserta didik (MOPD). Karena itu, mereka yang berasal dari guru dan pengurus OSIS setiap sekolah akan lebih dulu menerima training of trainer. Dengan begitu, ketika launching sudah ada panduannya bagi para calon panitia. Agar pelaksanaan MOPD mengacu kepada pendidikan berkarakter Bandung Masagi. Yakin, awal tahun ajaran (launching) sudah muncul,’’ terang dia.

Elih menambahkan, pelaksanaan kurikulum Bandung Masagi juga sebagai implementasi inovasi Kurikulum 13 yang berbasis karakter dengan kekuatan lokal. Sehingga, program memang ini ada kaitan dengan kebijakan nasional tapi kental inisiatif lokalnya.

Sementara menurut salah satu tim Psikologi, Ifa H. Misbach mengatakan, kata asih berasal dari bahasa Sunda yang berarti saling. ”Di mana dalam kata silih asih terdapat nilai afektif, lalu silih asah merupakan nilai kognitif, silih asuh adalah nilai konatif atau prilaku, dan terakhir silih wawangi adalah relasi positif,” jelasnya.

Lanjut dia, yang menjadi sasaran dari Bandung Masagi ada tiga aspek, yaitu siswa, guru, dan orang tua. Akan tetapi yang paling ditekankan adalah siswa. Serta harus memenuhi delapan parameter tugas perkembangan. Setiap perkembangan, nantinya akan akan saling berbenturan di mana ke depan akan membentuk pribadinya masing-masing. Dalam pembentukan karakter anak akan ada banyak tantangannya.

Dia menjelaskan, dunia saat ini sudah banyak berubah. Artinya, kata dia, paradigma berpikir juga harus berubah. ”Para guru harus mampi mendidik siswa menghadapi abad 21 di mana terdapat banyak kecanggihan teknologi,” katanya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan