Pahami Kain Bukan dari Hasil Akhir

bandungekspres.co.id, CIBEUNYING KALER – Maxxindo Communication & Khrishna Studio menggelar pameran seni kriya terbesar di Jawa Barat di Graha Manggala Siliwangi, Jalan Aceh, mulai 27 April hingga 1 Mei 2016. Pameran ini untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap produk dalam negeri, terutama ragam batik bordir dan tenun yang beraneka dan selalu memiliki posisi terbaik di hati para pencintanya.

Perwakilan Maxxindo Communication Desay Saviti berharap, melalui Festival Batik Bordir dan Tenun Nusantara, agar kain-kain yang ada di nusantara bisa terus dilestarikan. Kegiatan ini juga sebagai wadah untuk memperkenalkan kain sebagai identitas bangsa Indonesia hingga ke kancah internasional.

’’Sedikitnya ada 100 stan yang akan ikut meramaikan pameran kali ini. Dengan rincian 90 stan batik dan 10 stan tenun,’’ katanya kepada wartawan.

Desay memaparkan, pada Festival Batik Bordir dan Tenun Nusantara ini pengunjung akan diajak memahami bagaimana kekayaan kain dinilai tidak hanya dari hasil akhirnya. Tetapi melalui sebuah proses dan keahlian khusus. Itu karena karya bordir dan tenun melibatkan jiwa seni dan inspirasi. Makna dalam motif, peralatan, dan waktu pembuatan sampai hasil jadi dan cara merawatnya.

’’Pada saat pameran nanti, kami akan tampilkan sebuah batik asal Pekalongan yang sudah berusia lebih dari 1 abad’’ bebernya.

Sementara itu, Pimpinan Krishna Studio Gandhi Krishna menjelaskan, rangkaian acara festival ini terdiri dari fashion show, talkshow, demo dan workshop, pertunjukan musik, serta aneka perlombaan. Ada beberapa peserta dari desainer ternama seperti Tie Dye dan Batik Dudung, Batik Cahyo, Batik Tatik Sri Harta, Batik Drajat, Nyonya Indo, dan lainnya.

’’Festival Batik Bordir dan Tenun Nusantara juga dimaksudkan untuk mengembangkan sektor jasa dan perdagangan di bidang usaha batik, bordir tenun dan kerajinan,’’ jelasnya.

Lebih lanjut Krishna menegaskan, dengan adanya Festival Batik Bordir dan Tenun Nusantara ini. Diharapkan, batik bordir dan tenun khas Indonesia dapat terus lestari sepanjang masa sehingga tidak lagi diakui karya cipta negara lain.

’’Kegiatan ini akan menjadi agenda rutin kami. Dengan harapan agar budaya dan warisan leluhur ini tidak punah,’’ pungkasnya.  (dn/fik)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan