Karena Setiap Bisnis Ada Masanya

Target pasar juga penting untuk mengetahui kemampuan bisnis dan kejelian melihat beragam peluang seseorang. Ketika satu target terlampaui, dia selalu membuat target lain.

”Dan yang pasti, juga menyesuaikan dengan tren saat ini. Dulu konsumen yang datang cukup disapa, ’Silakan, Pak atau Bu, ada yang bisa dibantu?’ Tapi, sekarang tidak,” ucap dia sambil melambaikan tangan dan mengernyitkan dahi.

”Kelas anak muda, mungkin konsumen dipanggil kakak. Kelas distro, bisa jadi bro atau sis. Hal itu membuat konsumen lebih nyaman karena merasa tidak ada sekat usia,” urainya.

Begitu pun ketika Indonesia menjadi bagian dari Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Regulasi yang sudah ada bagi dia tidak bisa diubah. Yang harus diubah adalah cara pandang masyarakat Indonesia dalam mempekerjakan atau membeli produk dalam negeri.

Ketika produk masal dari Tiongkok bermunculan di tanah air, papar dia, banyak yang sangat murah. Dengan demikian, yang perlu dipahami adalah kualitasnya. ”Sebab, produk Tiongkok yang level nomor satu juga sama mahalnya. Kalau jaket kulit Tiongkok Rp 2 jutaan, toh di Garut harganya yang mulai dari Rp 500-an ribu sudah ada yang bagus,” selorohnya.

Kemudian, dari sisi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Cara pandang pengusaha lokal kerap terpentok dengan produk itu-itu saja dan tidak memanfaatkan momen. Alasannya, mempertahankan ciri khas.

”Contoh, sekarang Februari, ada Imlek atau Valentine lah kalau anak muda. Kenapa pengusaha payung Tasikmalaya tidak membuat payung bernuansa merah dengan motif naga (liong, Red) atau kelom (sandal khas Tasikmalaya, Red) yang juga ikut menyemarakkan momen Imlek?” ucap dia.

Berhasil di bidang fashion, pria pria lulusan Stanford College, Singapura, itu juga mengembangkan bisnis wisata. Sektor itu jugalah yang membuat dia menjadi pengusaha yang menguasai kawasan Bandung utara dan selatan.

Kenapa lantas menjalani haluan lain, suami Elen Berkah itu mengatakan, masa keemasan FO mulai pudar. Sebab, setiap lini bisnis ada masanya. Bukan karena dahsyatnya gempuran toko online, melainkan lebih dipengaruhi tren kebiasaan multitasking. Berarti, bagaimana caranya menangkap peluang itu sehingga menjadi gurih dari sisi bisnis?

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan