Banyak Anak Sulit Gunakan Bahasa Sunda

bandungekspres.co.id – Adanya Bahasa Sunda sebagai muatan lokal di sekolah dianggap masih kurang efektif. Bahkan belum mampu menjadikan Bahasa Sunda sebagai bahasa indung terutama di Jawa Barat. Hal tersebut diungkap oleh penulis dad budayawan Sunda Dian Hendrayana kepada Bandung Ekspres di Balaikota Bandung, Jalan Wastukancana, kemarin (11/2).

”Selama ini, terutama di Kota Bandung, Bahasa Sunda hanya menjadi mata pelajaran saja,” kata Dian.

Dia menjelaskan, Bahasa Sunda belum mampu menjadi bahasa komunikasi anak-anak. Bahkan, banyak anak yang masih banyak tidak mengerti tentang kata-kata Sunda.

Diakui olehnya, Bahasa Sunda memiliki undak usuk bahasanya. Akan tetapi, hal itu bukan penghalang untuk menggunakan Bahasa Sunda dalam keseharian.

”Rebo Nyunda masih belum cukup untuk menggunakan Bahasa Sunda sebagai media komunikasi,” kata alumni Sastra Sunda Universitas Padjajaran (Unpad) ini.

Sementara, salah satu sastrawan Sunda, Dadi P. Danusubtara, dalam pembuatan kurikulum atau buku pelajaran terutama Bahasa Sunda tidak pernah dilibatkan dalam pembuatannya. ”Padahal apabila pembuatannya dilibatkan, ada banyak hal-hal tentang kesenian dan kebudayaan Sunda yang harus diterapkan,” katanya.

Selama ini, dia menganggap bahwa kurikulum Bahasa Sunda hanya membahas hal-hal yang ada dipermukaannya saja. Menurut dia, Sunda itu bukan belajar tentang tata bahasa saja, melainkan tentang seni dan kebudayaan.

Perbedaan anak-anak yang dibesarkan dengan Bahasa Sunda tentunya akan dapat terlihat jelas. ”Salah satunya bisa mengontrol emosinya,” tuturnya.

Sebelumnya, menurut Dosen Bahasa Daerah UPI, bahasa daerah di Jabar yang sudah ditetapkan di perda ada tiga, yaitu, Sunda, Cirebon, Betawi. ”Secara umum dan dominan Bahasa Sunda diajarkan karena komposisi penggunanya lebih banyak orang Sunda,” ucapnya.

Dia menjelaskan, pembelajaran Bahasa Sunda sebagai muatan lokal sudah mencerminkan Budaya Sunda, walaupun materinya sangat terbatas (karena diatur kurikulum). Bahasa Sunda bisa disebut Basa Indung karena mayoritas penggunanya lebih dari dua bahasa lainnya. Pengertian bahasa ibu/indung di sana adalah bahasa daerah.

”Pengertian yang diambil dari UNESCO Sekarang yang jadi masalah adalah ibu-ibu muda yang tidak lagi menggunakan bahasa daerah atau Sunda yang notabene bahasa indung,” katanya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan