Butuh Pekerja yang Tak Hanya Pandai Menuntut

Rachmat Gobel tentang Daya Saing Global

Wilayah luas dengan ratusan juta penduduk telah membuat Indonesia menjadi pasar yang menggiurkan bagi investasi global. Tak terkecuali pabrikan elektronik. Mereka berlomba menciptakan inovasi.

KETEGASAN pemerintah menerapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) membuat industri elektronik bergairah. Itu menjadi kesempatan emas bagi para produsen untuk bersaing dengan barang tiruan dan impor ilegal.

”Sudah sejak beberapa tahun lalu, kebutuhan elektronik Indonesia 50 persennya dari impor,” terang Rachmat Gobel, chairman Panasonic Gobel Group. Persaingan menjadi tidak fair karena 80 persen dari total impor merupakan barang ilegal. Bahkan, banyak barang elektronik yang masuk ke tanah air yang berkualitas di bawah standar.

Fakta itu membuat produsen elektronik gundah. Impor ilegal dengan kualitas rendah membuat industri kembang kempis. Harga yang terlalu murah tidak bisa begitu saja dikalahkan kualitas. ”Yang masuk KW 4 dan 5. Bagaimana kami bisa melawan mereka? Makanya perlu penerapan SNI,” tuturnya.

Lebih lanjut, Gobel menjelaskan bahwa komoditas yang berhadapan dengan impor ilegal bukan hanya elektronik. Tetapi, bukan itu yang menjadi titik tekan. Gobel melihat pembiaran terhadap proses tersebut membuat industri tidak bisa tumbuh dengan baik. Ujung-ujungnya bisa berdampak pada efisiensi pekerja.

Gobel pun berharap pemerintah bisa tegas menerapkan SNI. Sebab, itu menjadi salah satu kunci agar industri Indonesia bisa tumbuh dengan baik. Apalagi jika pemerintah mampu memberangus praktik impor ilegal. ”Ekonomi Indonesia katanya lesu. Tapi, kondisi itu tidak hanya di sini. Harus jadi momen kebangkitan industri kita.”

Pengusaha kelahiran Jakarta, 3 September 1962, tersebut juga menekankan pentingnya kualitas sumber daya manusia (SDM). Para pengusaha punya peran penting agar para pegawainya menjadi lebih berkualitas. Namun, pekerja juga harus punya kemauan untuk menjadi lebih baik.

”Sukses menghadapi globalisasi ya dari SDM itu. Makanya perlu hubungan yang harmonis (antara pengusaha dan pekerja, Red). Pekerja juga jangan hanya bisa menuntut. Berikan yang terbaik,” tuturnya.

Gobel mencontohkan Panasonic Gobel Group yang dipimpinnya saat ini. Dia menyebutkan, Panasonic tidak hanya ada untuk berbisnis, tetapi juga untuk membangun SDM Indonesia. Itulah penyebab dia berusaha keras agar tidak ada penutupan pabrik yang berakibat pada tingginya pemutusan hubungan kerja (PHK). Para pekerjanya yang saat ini mencapai 15 ribu orang disebutnya punya peran vital. ”Penting membentuk SDM yang lebih berdaya saing. Sebab, mereka yang memberikan keuntungan bagi perusahaan.”

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan