Bersatu Garap Setya Novanto

Sekitar awal Mei 2015, menurut Maroef, Setnov meminta bertemu. Setnov mengirimkan pesan pendek berbunyi ’’bisa saya call?’’. Merasa tidak enak dengan jabatan Setnov, Maroef memutuskan untuk membalas dengan menelepon langsung. ’’Pak Novanto meminta pertemuan, kemudian staf kami yang mengatur pertemuan itu. Yang memilih tempat Pak Novanto,’’ ujarnya.

Pertemuan kedua itu terjadi pada 15 Mei di lantai 21 Hotel Ritz-Carlton pukul 13.00–14.00. Maroef menyebutkan, untuk menuju lantai 21, diperlukan akses khusus. Sedikit terlambat dari janji, setiba Maroef di sana, ternyata ada orang selain Setnov yang sudah menunggu. ’’Saya diperkenalkan bahwa dia Pak Riza Chalid. Saya baru pertama kali bertemu,’’ katanya.

Maroef menuturkan, kesan pertamanya terhadap sosok Riza adalah orang yang sangat komunikatif. Riza cenderung terlibat dalam pembicaraan selama sejam. ’’Sudah ada materi bahasan-bahasan bisnis. Saya sampaikan, bagi kami, berbisnis bisa dilakukan siapa saja asal prosedural dan profesional,’’ tegasnya.

Maroef menyatakan, isi pertemuan memang tidak mendalam. Namun, insting dia menangkap ada sesuatu yang salah. Sebab, ada pembahasan bisnis oleh pengusaha dan pimpinan DPR. Juni 2015, kata Maroef, giliran Riza yang mengajak bertemu dirinya bersama Setnov. Pertemuan terjadi pada 8 Juni di tempat yang sama.

Dia mengungkapkan, karena pertemuan kedua sudah menyasar pada hal-hal bisnis, dirinya memutuskan untuk merekam. Dalam hal ini, beberapa anggota MKD menyasar indikasi pelanggaran penyadapan berdasar Undang-Undang Penyadapan karena Maroef bukan penegak hukum.

Namun, Maroef beralasan, rekaman itu penting bagi dirinya untuk melaporkan segala perkembangan kepada Freeport di Amerika Serikat. ’’Ini bagian dari akuntabilitas dan transparansi saya yang mendapat mandat dari principal,’’ ujarnya. Maroef juga memastikan telah melaporkan isi rekaman itu kepada principal.

Proses perekaman, kata dia, juga dilakukan secara terbuka. Maroef menjelaskan, Setnov duduk di tengah diapit dirinya di sebelah kiri dan Riza di kanan. ’’HP saya taruh di meja dalam posisi on, tidak berhenti sedikit pun sampai selesai,’’ jelas mantan atase pertahanan RI untuk Brasil itu.

Maroef menyebutkan, seluruh isi rekaman telah diperdengarkan, termasuk informasi permintaan saham 20 persen yang dibagi kepada presiden sebesar 11 persen dan wakil presiden 9 persen ditambah permintaan saham pembangkit listrik di Papua. Namun, Maroef menekankan bahwa dirinya lebih banyak diam pada pertengahan hingga akhir pertemuan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan