Latar Sibolga, tapi Gambarkan Keberagaman Indonesia

Padahal, waktunya sudah mendesak, makin dekat dengan Oktober. Akhirnya, pada 20 September lalu, lewat perantaraan seorang teman, Albiner menemui Eddie di Cibubur.

Dari diskusi itu, Eddie mengeksplorasi gagasan Albiner dan meyakinkan mantan birokrat tersebut untuk menjadi sutradara. ”Drama musikal ini akan menjadi yang pertama disutradarai oleh orang dengan background militer dan birokrat,” tutur Eddie, menyemangati.

Dia pun setuju menjadi supervisor produksi untuk membantu Albiner. ”Dari situ, saya menghayati diri, membaca lingkungan, situasi, budaya. Kembali ke skenario, terus dihayati adegan per adegan,” lanjut Albiner.

Pementasan tersebut juga didukung sejumlah seniman profesional. Antara lain Albert Indra (line producer), Makmun Sitanggang (chief organizer), dan Kohar Kahler (music director). Selain mereka, ada Serip Airmas, Gusti Mayani, Vita Valeska (asisten sutradara), kelompok musik Batak Bona Gondang, dan Budi Klontong (artistic director). Juga Dewi Sulastri serta putranya, Bathara Saverigadi (koreografer).

Bakal tampil pula para aktor dan aktris muda seperti Ikaruz Wulan, Jerio Jeffry, Yulieta Pasaribu, Deliana Siahaan, Beatrix Sinaga, Rudy Tornado, dan Muh. Zaini. Drama tersebut diproduksi Gabema (perkumpulan besar masyarakat Tapanuli Tengah) Sibolga dan mantan Kepala Badan Intelijen Negara Letjen TNI (pur) Marciano Norman sebagai penasihat acara.

Judul Jambar Ni Parsubang diambil dari bahasa Batak. Dalam kehidupan masyarakat Tapanuli Tengah dan Sibolga, maknanya memberi dan menerima.

Bila diartikan ke dalam seni drama, terkandung makna harmoni. Ikrar teguh untuk melakukan sesuatu demi Indonesia yang berdaulat dengan keragaman suku, etnis, agama, dan latar budaya tapi tetap damai dalam harmoni.

Drama itu mengangkat cinta. Bukan sekadar cinta ala remaja, tapi cinta sebagai roh kehidupan. Bahwa hidup manusia disebabkan adanya cinta. Cinta juga menjadi kekuatan untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan. ”Konflik sebesar apa pun bisa diselesaikan dengan cinta,” terang Albiner.

Dalam budaya Batak, ditanamkan cinta. Hormat kepada atasan, mengasuh kepada bawahan, dan bersahabat dengan yang setara. Hal itu ingin dia sampaikan dalam cerita tersebut.

Drama itu dikemas dengan latar Sibolga, menggambarkan keberagaman budaya, mulai Batak, Jawa, Padang, Sunda, keturunan India, Arab, hingga Tionghoa. Meski memiliki latar agama yang berbeda seperti Islam, Kristen, dan Khonghucu, mereka tetap bersatu. ”Ini bukan hanya untuk masyarakat Batak, tapi untuk seluruh bangsa Indonesia. Ini cerita kehidupan,” lanjutnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan