Menkeu Yakin Ekonomi Segera Pulis

JAKARTA – Pemerintah tetap optimistis situasi perekonomian akan segera membaik meski, menanggapi permintaan DPR agar target pertumbuhan ekonomi dalam nota keuangan RAPBN 2016, sebesar 5,5 persen direvisi. Apalagi di tengah situasi jebloknya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika.

Pekerja
ISTIMEWA

PEMBANGUNAN: Pekerja menyelesaikan pembangunan gedung pencakar langit. Di tengah perlambatan ekonomi, Menteri Keuangan tetap optimistis ekonomi akan pulih.

Saat memberikan jawaban atas pandangan umum DPR terhadap nota keuangan dalam rapat paripurna di gedung DPR, kemarin (25/8), Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menyampaikan angka 5,5 persen adalah batas bawah rentang pertumbuhan ekonomi tahun depan.

Menurut Bambang, pemerintah memprediksi pada 2016 mendatang kinerja perekonomian global akan mengalami peningkatan dari tahun ini. Sehingga pemerintah tetap yakin pertumbuhan ekonomi 2016 di angka 6 persen.

”Pertumbuhan ekonomi dalam RAPBN tahun 2016 sebesar 5,5 persen berada pada batas bawah rentang pertumbuhan ekonomi, sesuai kesepakatan dalam pembicaraan pendahuluan RAPBN 2016 sebesar 5,5 sampai 6 persen,” tegas Menkeu.

Dijelaskannya bahwa pertumbuhan ekonomi tersebut akan didukung oleh permintaan dalam negari, antara lain dari sektor investasi akan meningkat cukup signifikan. Kemudian belanja infrastruktur pemerintah pada sektor pertanian dan maritim, hingga sektor industri pengolahan.

Meski demikian, pemerintah menurutnya akan tetap responsif dalam melihat perkembangan perekonomian aktual dan akomodatif dalam menampung berbagai masukan dalam proses pembahasan dengan DPR.

Meski nilai tukar rupiah sudah menyentuh angka Rp14.050 per USD, Bambang dalam pidatonya tetap yakin bahwa pada 2016, rata-rata bilai tukar rupiah akan berkisar di angka Rp13.000 hingga Rp 13.400 per USD. Angka ini menurutnya didasarkan pada rentang nilai tukar yang paling maksimum disepakati pemerintah dan Bank Indonesia dengan DPR pada bulan Juni 2015.

Bambang juga menambahkan, bahwa pelemahan rupiah terjadi karena kebijakan moneter di Amerika Serikat yang diperparah dengan kebijakan devaluasi Yuan China. Karena itu pemerintah akan berupaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah agar tidak berdampak lebih luas terhadap aspek perekonomian nasional. (jpnn/fik)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan