Penyandang Psikotik Alami Penurunan

[tie_list type=”minus”]Kapasitas Panti Rehabilitasi Terbatas[/tie_list]

SUKAJADI – Dinas Sosial Kota Bandung mengklaim bahwa telah terjadi penurunan cukup signifikan terhadap penyandang psikotik (gangguan jiwa). Pasalnya, hingga pertengahan 2015 ini, baru ditemukan 17 orang penyandang psikotik yang terjaring operasi.

Sekretaris Dinsos Kota Bandung Medi Mahendra kepada Bandung Ekspres mengatakan, pada 2014 lalu terdapat sekitar seratus penyandang psikotis yang berhasil terjaring oleh operasi gabungan antara Dinsos dengan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait. Dari 17 penyandang psikotik yang terjangkau oleh operasi gabungan beberapa waktu lalu, bisa dipastikan bukan merupakan warga Kota Bandung. ”Jadi kesimpulannya, penyandang psikotik pada tahun sebelumnya kita jaring, mereka tidak kembali turun ke jalan. Karena mereka sudah masuk panti rehabilitasi dan sudah baik. Adapun yang belum baik itu masih di panti rehabilitasi,” kata Medi di kantor Dinsos Kota Bandung kemarin (12/8).

Untuk menangani secara khusus penyandang psikotik itu, pihaknya terkendala tempat rehabilitasi yang tidak dimiliki oleh Pemerintah Kota Bandung. Bahkan, panti rehabilitasi yang dimiliki oleh Dinsos Jawa Barat memiliki kapasitas terbatas.

’’Daya tampung di tempat rehabilitasi (Cisarua, Lembang dan Paramata, Sukabumi) kan terbatas, sedangkan psikotik itu terus meningkat seiring sosial ekonomi yang meningkat, sehingga menyebabkan orang cepat stres. Akhirnya menimbulkan PMKS baru, karena mereka turun ke jalan karena sudah tidak lagi diterima oleh keluarganya,” tukasnya.

Dalam mengantisipasi hal tersebut, pihaknya telah melakukan kerjasama dengan lembaga sosial lainnya yang memiliki panti rehabilitasi untuk para penyandang psikotik tersebut. ”Karena kita memiliki mitra swasta, yakni Yayasan Mentari Hati yang merupakan lembaga sosial masyarakat. Kita bawa mereka ke Tasikmalaya,” sahut Medi.

Selain itu, untuk melakukan penjangkauan terhadap para penyandang psikotik ini perlu cara khusus oleh tenaga penjangkau yang yang bisa melakukan pendekatan secara humanis. Sebab, dia memandang para penyandang psikotik itu memiliki daya halusinasi 10 kali lebih tinggi dari manusia normal lainnya. ”Sehingga pendekatan kita pun harus pakai cara terapis. Jadi cara jangkauannya tidak bisa ditarik atau dibawa begitu saja. Harus dengan komunikasi dulu, dielus punggungnya, terus diajak jalan baik-baik. Jadi enggak bisa dengan cara frontal seperti orang yang normal atau biasa,” urai dia. (kha/vil)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan