Satlak Perketat Seleksi Atlet

[tie_list type=”minus”]Titikberatkan dari Parameter Prestasi[/tie_list]

JAKARTA – Salah satu penyebab melorotnya prestasi Indonesia di SEA Games XXVIII/2015 Singapura disebabkan keteledoran Satlak Prima memilih atlet. Belajar dari hal itu tim seleksi Satlak Prima dituntut lebih melek akan kualitas atlet yang dikirim pada setiap multieven.

Kemarin (10/7) di Twin Plasa Hotel, Kemenpora menggelar workshop pembenahan pembinaan olahraga pada organisasi cabang olahraga (cabor). Sebanyak 33 wakil PP/PB hadir. Panelis yang hadir ada Achmad Sucipto (mantan Komandan PAL), Basri Yusuf (Kabid Pengembangan PP PBSI), dan Paulus Pasurney (tim seleksi Satlak Prima).

Nah, tim seleksi Satlak Prima Paulus Pasurney mengungkapkan sistem seleksi ke depan akan menitik beratkan parameter prestasi yang didapat atlet minimal di level multieven sebelumnya. Sehingga ada jenjang yang jelas dari setiap atlet yang ikut.

’’Artinya atlet yang masuk pelatnas Olimpiade adalah atlet yang meraih medali pada Asian Games 2014 Incheon, Korea Selatan. Untuk Asian Games, atlet yang masuk pelatnas adalah peraih medali emas SEA Games. Sedangkan pelatnas SEA Games, ialah atlet yang meraih medali pada SEA Games sebelumnya atau juara nasional,” kata Paulus

Dengan sistem tersebut peran pelatih dalam menempa atllet untuk bisa memenuhi parameter yang sudah ditentukan sangatlah dominan. Atlet yang belum bisa masuk dalam pelatnas, harus menepi dulu dari pelatnas hingga dibuka sistem promosi dan degradasi melalui kejurnas tiap cabor.

Ketua Umum PB Podsi yang juga mantan Komandan PAL (Program Atlet Andalan) Achmad Sucipto menambahkan dengan kriteria seleksi yang transparan dan adil dapat menghasilkan atlet elit. Kriteria seleksi harus berdasarkan hukum yang jelas dan tidak boleh diganggu gugat.

’’Kenapa harus ketat? Karena dana terbatas. Sehingga ada skala prioritas dan paham betul dengan profesionalisme olahraga. Atlet yang punya performa menjanjikan didukung. Sedangkan yang tidak harus tunggu dulu. Harus ada ketegaan hati yang didasari kriteria yang transparan dan adil,’’ kata ucap Pak Cip, sapaan Achmad Sucipto.

Di sisi lain, Kabid Pengembangan PP PBSI Basri Yusuf mengungkapkan model pembinaan atlet juga harus memberdayakan atlet junior. Dengan kualitas berjenjang akan ada pelapis buat cabor itu dan stok pemain pun melimpah.

Tinggalkan Balasan