[tie_list type=”minus”]Minum Air Sunda, Makan Padi Sunda, Jadi Harus Lestarikan Budaya Sunda[/tie_list]
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) membuat program menarik untuk mengisi liburan siswa-siswa berbakat seni. Yakni, program Belajar Bersama Maestro (BBM). Ada sepuluh maestro yang dipilih. Yang senior, antara lain, Tan Deseng, maestro musik Sunda keturunan Tionghoa.
Laporan M. Hilmi Setiawan, Bandung
DARI luar, kediaman Tan Deseng di kompleks Taman Holis Indah Blok E-62 Cigondewa, Bandung Barat, Sabtu (27/6) terlihat sepi. Namun, itu hanya kesan sesaat. Setelah memasuki pintu utama, telinga langsung disapa alunan musik dan nyanyian.
Benar saja. Siang itu tujuh siswa peserta kegiatan BBM antusias mengikuti bimbingan Tan bermain musik Sunda. Memang alat musik yang digunakan para siswa itu termasuk alat musik masa kini seperti keyboard, gitar elektrik, dan perangkat drum. Tetapi, alunan musik berirama Sunda yang terdengar begitu khas.
Ari Ramadhan, salah seorang peserta BBM di rumah Tan dari SMKN 10 Bandung, menuturkan bahwa musik yang dibawakan siang itu berjudul Layar Putri. ’’Ini lagu baru. Saya yang sekolah di SMK bidang musik belum pernah memainkannya,’’ ujar gitaris 17 tahun itu. Lagu yang mereka bawakan tersebut semakin menantang karena menggunakan tangga nada pelog. Menurut dia, tangga nada pelog itu dibawakan seniman karawitan Sunda tempo dulu.
Meski program nyantrik bersama Tan baru berjalan dua hari atau sejak Jumat (26/6), Ari bersama keenam kawannya sudah mulai kompak memainkan lagu Layar Putri. Dia mengaku sempat kewalahan karena Tan memintanya membaca not angka. Sebab, sehari-hari di sekolah Ari belajar musik dengan not balok.
Ari mengikuti seleksi di internal sekolah untuk bisa belajar langsung dengan maestro Tan. Dia mengalahkan puluhan siswa lainnya. Pada hari pertama belajar bersama Tan, dia mengatakan tidak hanya mendapatkan materi teknis bermusik.