Belajar Bersama Maestro Musik Sunda Tan Deseng

Tetapi, dia juga dibekali prinsip-prinsip bermusik sekaligus melestarikan budaya nasional oleh Tan. Ari kini menyadari bahwa musik Indonesia itu jauh lebih kaya dan lebih tua daripada musik Barat. ’’Sebagai generasi muda, saya bertanggung jawab melestarikannya,’’ kata dia. Ari berharap selama sepuluh hari belajar bersama Tan, wawasannya terhadap kesenian semakin luas.

Sebelum bersedia diwawancarai, Tan minta izin untuk menuntaskan sesi latihan. Di pengujung sesi latihan, Tan bertindak sebagai dirigen. Pria kelahiran Bandung, 22 Agustus 1942, itu tampak masih energik saat menjadi dirigen. Di usianya yang sudah 73 tahun, kakinya terlihat masih kuat mengentak-entak mengikuti irama drum.

Sesekali dia menari khas Sunda dengan mengayunkan tangan mengikuti alunan musik yang sedikit mendayu. Sejurus kemudian, tangan lenturnya mengikuti irama penabuh drum, lantas memberikan kode bahwa lagu sudah selesai. Peluh kecil muncul di keningnya.

Berbincang santai di teras belakang rumahnya, Tan mengapresiasi upaya Kemendikbud membuat program BBM. ’’Kegiatan ini mulia sekali. Karena mengangkat seni budaya bangsa,’’ ujar anak keenam dari pasangan Tan Tjin Hong dan Yo Embok Jie itu.

Sesuai dengan tema kegiatan yang bertajuk ’’belajar’’ tersebut, Tan mengatakan tidak 100 persen menjadi seperti guru yang cenderung menggurui. Dia mengatakan, anak-anak yang belajar bersamanya sudah memiliki bakat seni bermusik yang bagus. Tan lebih suka menyebut kegiatan itu belajar bareng antara anak muda dan orang yang sudah tua.

Peraih penghargaan maestro musik dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2007 tersebut menuturkan, anak-anak muda yang sudah berbakat musik itu harus diberi latihan mental. ’’Mental mereka perlu dilatih dan ditata,’’ tegasnya.

Sebab, berdasar pengamatannya selama ini, pada umumnya anak muda beranggapan bahwa seni dari negara asing lebih bagus. Tan tidak ingin padangan seperti itu terus hidup di seniman muda Indonesia. Sebagai warga Sunda, dia ingin kesenian Sunda mendunia seperti musik jazz.

Suami Wulan Kosasih Sunarya tersebut merasakan bahwa bakatnya bermain musik mengalir dari sang ayah, Tan Tjin Hong. Tan menceritakan, sang ayah adalah tabib sekaligus sastrawan kelahiran Tiongkok. Sejak kecil Tan lihai bermain seruling. ’’Asal tiup saja waktu itu,’’ ungkapnya, kemudian tertawa.

Tinggalkan Balasan