Overtopping Berarti Bencana

[tie_list type=”minus”]Waspada Situ Gintung Jilid 2 [/tie_list]

DATA GRAFIS - bandung ekspresSAGULING – Ngototnya PT Indonesia Power dalam mempertahankan kawasan sempadan (resapan air waduk Saguling) dari tindakan overlapping bukan tanpa alasan. Sebab, jika terus dibiarkan akan berakibat fatal: tidak hanya umur waduk, tapi juga kemungkinan gangguan pasokan listrik jika terjadi gagal bendungan (ambrol).

Manajer Sipil dan Lingkungan PT Indonesia Power Haryanto mengatakan, umur waduk Saguling mau tidak mau pasti berkurang dengan adanya sedimentasi dari hulu hingga ke hilir. Namun, umur yang tadinya diprediksi 30 lagi kemungkinan akan semakin berkurang seiring adanya penyempitan lahan di sempadan danau Saguling. Sejauh ini, ada sekitar 8,1 hektar kawasan sempadan yang serobot (overlap) oleh PT Belaputera Intiland (pengembang Kota Baru Parahyangan) Ini terungkap pada pendataan 2010.

”Penyempitan lahan inilah yang kami garisbawahi. Sebab, dampaknya akan sangat besar ketika terjadi anomali cuaca,” tandas Haryanto di UP Saguling kemarin beberapa waktu lalu. Dia merinci, kawasan lindung (steril dari pembangunan) sempadan waduk itu 50-100 meter dari tinggi muka air tertinggi (643 dpl/di atas permukaan laut). Sementara batas maksimal elevasi air tersebut tercatat 645 dpl.

Bagaimana overlap itu terjadi? Menurut Haryanto, PT BI melakukan cut and fill dengan membangun dinding penahan tanah (DPT) di titik 643. Dengan kata lain, kemiringan tanah sempadan waduk tersebut jadi hilang karena berubah bentuk menjadi vertikal.

Kondisi tersebut jika dibiarkan, kata Haryanto, akan berakibat buruk. Sebab, tekanan air akan semakin besar dan mengancam terjadinya gagal bendung (ambrol).

Kondisi ini, memang tidak akan dirasakan langsung oleh waduk Saguling. Namun, seiring sejalan dengan makin besar ekspansi ke titik hulu waduk maka daya tampung waduk akan semakin berkurang. Kemudian, dengan debit air yang sama (875 juta meter kubik), maka tinggi muka air waduk Saguling akan lebih tinggi dari seharusnya (643 dpl).

”Yang paling dikhawatirkan adalah jika terjadi banjir, air akan lebih cepat melimpas (overtopping) dan membebani dua waduk di bawah yaitu Cirata dan Jatiluhur,” papar Haryanto.

Dia mencontohkan, pada 25 Maret 2010 lalu Jawa Barat dilanda anomali cuaca di mana curah hujan cukup tinggi. Saat itu, tinggi air sudah 645 dpl. Supaya tidak terjadi overtopping (melewati titik puncak bendungan), maka sesuai SOP, UP Saguling kemudian mengangkat satu dari tiga gate setinggi satu meter. Dengan tujuan mencegah terjadinya overtopping.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan