Membantu lewat Kursi Roda Robotik

[tie_list type=”minus”] Upaya Suprijanto Sambung Asa Pasien Penyandang Cacat[/tie_list]

Ilmu pengetahuan sejatinya ada untuk meningkatkan kualitas hidup umat manusia. Konsep inilah yang diterapkan oleh Dr Suprijanto ST MT pada pengembangan instrumen medis untuk membantu pasien yang tidak dapat melakukan perintah motorik sebagaimana mestinya.

___

kursi roda robotik
ISTIMEWA

BRILIAN: Dr. Suprijanto ST MT menciptakan kursi roda robotik untuk membantu penyandang disabilitas menjalani aktivitas.

PASIEN pascastroke yang mengalami kelumpuhan, mengalami gangguan syaraf motorik akibat kecelakaan, ataupun yang menjalani amputasi adalah contoh pasien yang bagian motoriknya tidak dapat menjalankan perintah dari otak. Oleh karena itu, dibutuhkan instrumen medis yang mampu mendispensasi keadaan ini dan membantu proses terapi. Seperti, kursi roda yang mampu bergerak sesuai perintah otak secara langsung tanpa bantuan gerak oleh anggota tubuh lainnya.

Meski awalnya setengah hati, dosen Teknik Fisika ITB yang akrab disapa Supri ini menyadari bahwa instrumentasi medis adalah bidang yang diperlukan di Indonesia. Hal ini juga didukung dengan ajakan penelitian dari profesor asal TU Delft, Belanda sehingga Supri terdorong untuk mendalami bidang tersebut. Setelah berkecimpung selama beberapa tahun, bidang ini dirasa Supri menarik dan beliau semakin tertantang untuk mendalaminya demi kontribusi positif untuk Indonesia agar dapat bersaing dengan negara lain dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Otak adalah pusat pengaturan seluruh aktivitas tubuh, baik sadar maupun tidak sadar. Selain terbagi menjadi otak kanan dan kiri, otak juga memiliki bagian yang disebut lobus, yakni sekelompok bagian dengan fungsi khusus terkait respon rangsangan. Secara umum, bagian yang mengatur kemampuan motorik adalah lobus frontal, sentral, dan parietal.

Peran vital otak dalam kontrol motorik tubuh inilah yang coba dimanfaatkan oleh Supri dalam pengembangan instrumentasi medis. Beliau bekerjasama dengan beberapa mahasiswa sarjana Teknik Fisika yang berkolaborasi dengan mahasiswa dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Sains (SITH-S) dalam penelitiannya ini.

Untuk mentransmisikan pesan yang nantinya diwujudkan dalam aktivitas tubuh, otak menggunakan impuls listrik yang terdeteksi dalam wujud sinyal yang disebut Electroencephalograph Signal atau sinyal EEG. Sinyal-sinyal dari otak dikelompokkan berdasarkan rentang frekuensi dan bagian otak tempatnya dihasilkan. Sinyal impuls untuk kegiatan motorik disebut µ-rhythm yang berada pada interval 8-13 mikroHertz (µHz). Sinyal inilah yang dijadikan perintah pada instrumentasi medis.

Tinggalkan Balasan