Tuding Pertamina Disusupi Mafia Migas

JAKARTA – Rencana PT Pertamina (Persero) untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi memang sudah dibatalkan pemerintah. Namun, itu tidak membuat berbagai kritik kepada BUMN energi berhenti. Kemarin, giliran mantan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas (RTKM) Faisal Basri yang menyentil.

Dalam dikusi Energi Kita di Jakarta Pusat bersama Menteri ESDM Sudirman Said, tanpa ragu-ragu dia meminta agar Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang diberhentikan. Tidak jelas alasannya karena dia tidak menjabarkan rinci permintaan itu. ’’Harus diganti karena berkali-kali melakukan kesalahan fatal,’’ ujarnya (17/5).

Yang jelas, sebelum meminta pencopotan, ekonom asal Bandung itu mengeluhkan keputusan Ahmad Bambang yang terkesan tidak berdasar. Menurutnya, menaikkan harga pertamax dari Rp 8.800 menjadi Rp 9.600 bukanlah langkah yang tepat. ’’Itu kebijakan yang aneh,’’ katanya.

Penjelasan direktur yang akrab disapa Abe itu, harga harus disesuaikan karena naiknya mean of platts Singapore (MoPS), serta melemahnya kurs rupiah terhadap Dolar Amerika tidak bisa diterima Faisal Basri. Apalagi, kalau benar dinaikkan harga pertamax bakal lebih mahal dari Shell.

Saat ini, harga pertamax masih Rp 8.800. Berbeda tipis dengan Shell yang menjual bensin super dengan nilai oktan sama Rp 8.950 per liter untuk Jabodetabek. Kalau pertamax sampai naik jadi Rp 9.600, dikhawatirkan pengguna pindah ke SPBU asing.

’’Saya kira orang bodoh juga nggak akan begitu, kalau jahat ya mungkin saja,’’ ungkapnya. Sentilan itu bukanlah yang kali pertama dia keluarkan terhadap Pertamina. Saat Tim RTKM menyampaikan rekomendasi terakhirnya pada pekan lalu, dia sudah memberikan sindiran.

Materinya, soal Pertamina yang banyak alasan saat diminta menjalankan rekomendasi penghapusan bensin RON 88 alias premium. Menteri ESDM juga mendengar, ketika Faisal mengulang pernyataan Pertamina yang mengaku butuh waktu lebih dari 6 bulan. ’’Ada yang ngeyel. Ternyata, petralite bisa (lebih cepat),’’ katanya saat itu.

Saat disinggung apakah itu termasuk bagian dari mafia migas, dia tidak menjawab. Namun, dia curiga kalau kebijakan menaikkan pertamax yang berujung pada pembatalan cuma mau bikin rusuh. Entah apa motifnya, yang jelas kebijakan itu disebutnya kacau. Prasangaka Faisal, ada kaitan dengan isu reshuffle.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan