Oleh karena itu, menurut Arief, terjadinya pohon tumbang di Kota Bandung karena adanya ketidakseimbangan tersebut. Yang bisa menyebabkan rusaknya sistem kapileritas dan dapat dehidrasi pohon. ’’Dehidrasi serius ini akan diantisipasi pohon dengan menggugurkan sejumlah daun. Sehingga, lambat laun tajuk juga akan menyesuaikan diri dengan jumlah akar yang ada,” ucapnya.
Arief mengungkapkan, penyusutan akar dan tajuk/daun ini akan berdampak pada tidak berfungsi optimalnya batang yang besar. Hal ini akan menyebabkan sebagian sel-sel atau jaringan batang yang tidak berfungsi, lambat laun mati. Matinya beberapa sel atau jaringan batang akan menyebabkan pohon tersebut mudah terserang penyakit dan hama. Serangan hama dan penyakit ini akan berdampak pada fisik berupa cepat growongnya batang pohon tersebut. ’’Growongnya batang pohon akan berdampak pada kekuatan pohon dalam menahan serangan badai,” katanya.
Dalam menjaga pohon agar baik, sambungnya, harusnya semua pihak menyadari, termasuk masyarakat. Tujuan dari perawatan adalah untuk memperpanjang umur pohon (awet muda), meningkatkan ketahanan terhadap terpaan bagai, mengurangi persentase rapuhnya batang, cabang dan ranting yang patah atau roboh. Kemudian, menjaga dominasi sel-sel muda di bandingkan sel-sel tua pada pohon tersebut, membantu mengurangi hambatan pertumbuhan (terutama pada akar), sehingga daya cengkram akar tetap kuat.
Arief mengatakan, pohon adalah mahluk hidup yang mempunyai kemampuan untuk bertahan hidup. Tapi, bila tekanan lingkungannya melebihi kemampuan dalam bertahan, maka pohon tersebut akan tumbang. ’’Kita hanya perlu membantu agar pohon tersebut meningkat kemampuan daya tahannya terhadap terpaan angin,’’ tandas Arief.
Oleh sebab itu, penanganan pohon bukan hanya sekedar fisik. Tapi, juga harus memperhatikan aspek fisiologi pohon tersebut. Pohon sehat, bahagia dan kita terhindar dari robohnya pohon. (mg1/tam)