Ekspor Alas Kaki Tembus Rp 53,4 T

JAKARTA – Industri alas kaki bisa menjadi andalan Indonesia ditengah melemahnya perekonomian nasional dan nilai tukar rupiah akhir-akhir ini. Pasalnya industri alas kaki termasuk sektor yang nilai perdagangannya terus meningkat dengan rata-rata mengalami surplus.

alas kaki
IstimewaANDALAN: Seorang konsumen toko sepatu di cibaduyut memilih-milih barang. Indonesia memiliki potensi besar dari industri alas kaki ini.

Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan pelaku industri alas kaki nasional saat ini berjumlah 394 perusahaan dengan investasi yang telah digelontorkan mencapai Rp 11,3 triliun pada tahun 2014 dan menyerap tenaga kerja sebanyak 643 ribu orang. ”Industri alas kaki termasuk sektor padat karya (labour intensif) yang sangat bermanfaat bagi perekonomian nasional,” ujarnya kemarin (7/5).

”Bukan saja dari sisi investasi dan produksi, industri alas kaki juga memberikan devisa yang sangat besar bagi negara. Ekspor industri alas kaki terus mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2014 nilai ekspor produksi alas kaki nasional mencapai USD 4,11 miliar (sekitar Rp 53,4 triliun) atau naik sebesar 6,44 persen dari tahun sebelumnya sebesar USD 3,86 miliar,” ungkapnya.

Di samping itu, industri alas kaki merupakan salah satu sektor yang terus meningkat nilai perdagangannya dengan rata-rata nilai surplus dalam lima tahun terakhir mencapai USD 2,84 miliar. Dengan begitu industri ini sangat tepat untuk mengurangi defisit neraca perdagangan. ”Pada akhir tahun 2014, surplus perdagangan produk alas kaki mencapai USD 3,7 miliar,” terangnya.

Sayangnya, pemenuhan pangsa pasar dunia oleh industri alas kaki Indonesia masih sangat kecil, baru mencapai tiga persen. Untuk itu Menperin menilai ekspor alas kaki masih perlu ditingkatkan agar industri alas kaki mampu menjadi penghasil devisa yang besar bagi negara. ”Tujuan ekspor utama produk alas kaki Indonesia adalah Amerika Serikat, Belgia, Jerman, Inggris dan Jepang,” paparnya.

Menurut Menperin, mutu produk dalam negeri sudah cukup baik dan telah dipasarkan ke berbagai negara tujuan ekspor. Namun, saat ini masih perlu didorong untuk memiliki branding sehingga lebih dikenal di manca negara. ”Upaya itu perlu dilakukan karena hasil produksi dalam negeri pada umumnya digunakan oleh pengusaha luar negeri yang memiliki branding,” ungkapnya.

Tinggalkan Balasan