Kritik Terhadap Whoosh Bukan Bentuk Penolakan, Pemerhati: Jangan Hanya Jadi Pajangan 

Kritik Terhadap Whoosh Bukan Bentuk Penolakan, Pemerhati: Jangan Hanya Jadi Pajangan 
Ilustrasi: Suasana didalam kereta cepat Whoosh beberapa waktu silam. Foto: Dimas Rachmatsyah / Jabar Ekspres
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Pemerintah diminta untuk bisa memaksimalkan keberadaan transportasi umum Whoosh si Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB), sehingga benar-benar bisa membuktikan kebermanfaatannya.

Pemerhati Transportasi, Muhamad Akbar mengatakan, agar pemerintah jangan sampai membiarkan Whoosh hanya jadi barang pajangan.

“Kritik terhadap Whoosh bukanlah bentuk penolakan, melainkan pengingat bahwa ada hal yang perlu dibenahi,” katanya kepada Jabar Ekspres, Jumat (31/10).

Baca Juga:Soal Utang Whoosh, Presiden Perintahkan Menteri Cari Solusi Terbaik!Dibayangi Tantangan Finansial, Pemerhati Transportasi Nilai Whoosh Belum Kehilangan Harapan

Menurut Akbar, proyek ini tetap menyimpan masa depan cerah, asalkan tidak dibiarkan menjadi moda transportasi eksklusif yang cuma dinikmati segelintir kalangan, atau hanya sekadar jadi pengalaman sekali coba.

“Masa depan Whoosh pada akhirnya ditentukan oleh kemampuannya melayani kebutuhan rill, para pelaju harian yang mengutamakan keandalan, kecepatan, dan keterjangkauan,” bebernya.

Diketahui, proyek pembangunan KCJB yang dimulai pada Januari 2016 itu, tercatat mulai beroperasi secara komersial pada Oktober 2023 lalu.

Setelah rampung dan dua tahun beroperasi, persoalan pun muncul, di antaranya PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) mengklaim terus mengalami kerugian triliunan rupiah.

Oleh karenanya, kerugian tersebut jadi beban keuangan BUMN-BUMN Indonesia yang jadi pemegang saham mayoritas.

Kerugian ini terjadi karena KCIC harus menanggung beban utang, selama proses pembangunan hingga lahirnya sang kereta cepat bernama Whoosh.

Akbar menerangkan, di balik prestise nasional tersebut, terselip pertanyaan mendasar, menurutnya bisakah kecepatan tinggi Whoosh, berujung pada sesuatu yang lebih penting dan keberlanjutan.

Baca Juga:Whoosh Dinilai Bebani PT KAI, Anggota DPD: Lebih Baik DipisahkanPemerhati Transportasi Nilai Whoosh Kurang Menggiurkan: Cepat tapi Tak Praktis!

“Tak sekadar soal ketangguhan teknologi, melainkan juga manfaat ekonomi dan jangkauan sosialnya bagi masyarakat,” terangnya.

Sebab, ujar Akbar, infrastruktur kelas dunia hanya bermakna apabila benar-benar terhubung dengan kebutuhan yang sesungguhnya dibutuhkan warganya.

“Tanpa langkah korektif yang berarti, Whoosh berisiko terjebak dalam statusnya sebagai sekadar monumen teknologi,” ujarnya.

Padahl, kata Akbar, cita-cita besar hadirnya Whoosh justru terletak pada potensinya sebagai katalisator transformasi logistik dan pariwisata di Pulau Jawa.

“Terutama bila jalurnya kelak membentang hingga Surabaya dan didukung oleh integrasi sistem logistik nasional yang lebih solid,” paparnya.

Akbar menyampaikan, Whoosh tak boleh berhenti sebagai simbol kemajuan yang hanya bisa dinikmati dari kejauhan.

Menurutnya, Whoosh perlu bergerak melampaui status proyek prestisius, dan menjelma menjadi moda andalan yang hadir dalam denyut kehidupan masyarakat sehari-hari.

0 Komentar