JABAR EKSPRES – Belakangan ini, dunia otomotif tanah air digemparkan dengan kabar dua SPBU swasta besar, yakni Vivo dan BP-AKR, yang mendadak membatalkan pembelian BBM dari Pertamina. Penyebabnya cukup mengejutkan base fuel impor Pertamina terdeteksi mengandung etanol sekitar 3,5 persen.
Meski angka itu dinilai masih aman menurut regulasi Kementerian ESDM (batas maksimal 20 persen), faktanya kandungan etanol pada BBM memunculkan pertanyaan serius benarkah etanol justru berbahaya bagi mesin kendaraan?
Etanol sering dipromosikan sebagai energi ramah lingkungan karena bisa menekan emisi gas buang. Namun di balik itu, ada sisi gelap yang tidak bisa diabaikan. Menurut berbagai riset, etanol justru dapat menjadi “musuh dalam selimut” bagi mesin kendaraan bensin.
Beberapa dampak buruknya antara lain:
1. Mesin Lebih Boros
Baca Juga:Cara Edit Foto Prank AI Orang Masuk ke Rumah Viral Mirip AsliHuawei Watch GT 6 Pro Tampil Gagah, Baterai Awet 3 Minggu, Cuma Segini Harganya!
Etanol memiliki nilai energi jauh lebih rendah dibanding bensin murni. Akibatnya, kendaraan yang menggunakan BBM bercampur etanol membutuhkan pembakaran lebih banyak untuk menghasilkan tenaga yang sama. Hasilnya? Konsumsi BBM jadi boros dan jarak tempuh berkurang drastis.
Bayangkan, hanya dengan campuran E10 (10 persen etanol), penurunan efisiensi energi bisa mencapai 3,5–5 persen. Jika etanol murni dipakai, energi yang dihasilkan bahkan bisa 35 persen lebih rendah dibanding bensin biasa.
2. Merusak Komponen Mesin
Pada konsentrasi tinggi (lebih dari 15–20 persen), etanol dapat memicu masalah serius. Mesin yang tidak didesain untuk etanol akan mengalami gangguan pembakaran, aus lebih cepat, hingga berpotensi rusak parah. Dengan kata lain, etanol ibarat racun yang perlahan melumpuhkan mesin kendaraan.
3. Menyerap Air, Menimbulkan Korosi
Etanol dikenal punya kemampuan kuat menyerap air. Jika air terakumulasi dalam tangki, maka akan mengendap di dasar tangki bahan bakar. Dampaknya bisa sangat fatal:
- Korosi pada tangki dan saluran bahan bakar,
- Penyumbatan filter,
- Penurunan kualitas bahan bakar.
Masalah ini paling berisiko pada kendaraan dengan sistem bahan bakar lama atau yang jarang digunakan.
Keputusan Vivo dan BP mundur dari pembelian BBM Pertamina bukan tanpa alasan. Menurut penjelasan Pertamina, kandungan etanol sekitar 3,5 persen memang ditemukan dalam uji laboratorium. Walaupun masih di bawah ambang batas regulasi, dua SPBU swasta itu tetap memilih mundur.
