Orang pertama memiliki aset Rp1 miliar dan menerima pendapatan pasif Rp80 juta per tahun, tetapi selalu menghabiskannya.
Orang kedua memiliki aset Rp500 juta dengan pendapatan pasif Rp40 juta per tahun, tetapi seluruhnya direinvestasikan.
Setelah 10 tahun, aset orang kedua akan melampaui aset orang pertama. Jika kita tarik hingga 40 tahun ke depan, aset orang pertama akan tetap Rp1 miliar, sedangkan aset orang kedua akan berkembang menjadi sekitar Rp10,8 miliar, 10 kali lipat lebih besar, padahal awalnya hanya setengah dari orang pertama.
Baca Juga:5 Rekomendasi Mobil untuk Mahasiswa dan Pengemudi PemulaCara Membersihkan NIK KTP di SLIK OJK agar Bisa Mengakses Pinjol Kembali
Perbedaannya jelas: yang satu asetnya stagnan, sementara yang lain memiliki “mesin pencetak uang” yang semakin besar setiap tahun. Satu-satunya cara membuat uang terus bertumbuh tanpa kerja ekstra adalah dengan tidak terburu-buru menariknya.
Jika pendapatan pasif tidak dikembangkan, itu bukanlah pendapatan jangka panjang, hanya uang lewat. Pelajaran kedua adalah: manfaatkan keajaiban compound interest dari pendapatan pasif.
4. Pertimbangkan Stabilitas Lebih Penting daripada Sensasi Keuntungan Cepat
Banyak orang berpikir bahwa jika hasil investasi besar, itu sudah pasti bagus. Padahal, semakin tinggi potensi imbal hasil (return), semakin tinggi pula harga yang harus dibayar, yaitu fluktuasi. Padahal stabilitas lebih penting daripada sensasi keuntungan cepat.
Investasi bukan hanya soal angka, tetapi juga soal kesiapan mental menghadapi naik turunnya pasar. Pernahkah Anda mengalami pasar saham merah dalam sehari? Pada April 2025 misalnya, saham BCA turun 8% dalam sehari, sedangkan Bank Mandiri dan BRI bahkan jatuh hingga 10%. Ini bukan saham kecil, melainkan saham-saham besar yang dikenal stabil, tetapi tetap bisa merosot tajam hanya dalam hitungan jam.
Bagi yang belum siap mental, situasi seperti ini bisa memicu kepanikan. Banyak investor yang menjual di titik terendah, lalu menyesal ketika harganya kembali naik beberapa minggu kemudian. Kerugian 10% dalam sehari bisa berarti ratusan juta hilang dalam seminggu. Namun, yang paling berat bukanlah angkanya, melainkan tekanan mental ketika melihat portofolio “merah” terus-menerus.
Padahal, tidak ada aturan yang mewajibkan semua orang masuk ke pasar saham atau kripto dan menanggung fluktuasi sebesar itu. Investasi bukan soal siapa yang paling berani mengambil risiko, tetapi siapa yang mampu konsisten bertahan tanpa terlempar keluar dari “permainan” compounding.
