JABAR EKSPRES – Permasalahan sampah di Kabupaten Bandung Barat (KBB) kian mendesak untuk diatasi. Ketiadaan fasilitas pemusnahan seperti insinerator membuat tumpukan sampah di berbagai titik tak terhindarkan.
Sementara itu, kuota pengangkutan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti dibatasi hanya 17 ritase per hari atau setara sekitar 119 ton, sehingga volume sampah yang menggunung terus bertambah setiap harinya.
Menanggapi hal ini, Wakil Bupati Bandung Barat, Asep Ismail, mengakui situasi ini sudah masuk tahap mengkhawatirkan.
Baca Juga:Newcastle Resmi Gaet Malick Thiaw dari AC Milan, Kontrak Empat TahunPerpisahan Haru Gianluigi Donnarumma dari PSG
Namun pemerintah daerah bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi (KDM), memutuskan mengalihkan strategi penanganan dari insinerator ke Refuse Derived Fuel (RDF).
“Penanganan sampah dari insinerator akan diganti ke RDF,” ujar Asep di Ngamprah, Rabu (13/8).
Sekedar diketahui, RDF merupakan teknologi pengolahan sampah domestik menjadi bahan bakar alternatif pengganti batu bara.
Produk ini dimanfaatkan oleh sejumlah perusahaan seperti pabrik pengolahan semen maupun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), sehingga tidak hanya mengurangi timbunan sampah, tetapi juga memberikan nilai tambah ekonomi.
Asep menegaskan, keputusan beralih ke RDF juga dilandasi pertimbangan kesehatan. Janji KDM sebelumnya untuk memberikan 10 unit insinerator kepada Pemkab Bandung Barat tidak akan lagi direalisasikan.
“Untuk janji Pak Gubernur, mungkin akan diganti dengan RDF, tidak lagi insinerator, karena bahaya bagi kesehatan dan pernapasan warga KBB,” jelasnya.
Menurutnya, persoalan sampah bukan hanya dialami Bandung Barat, melainkan juga banyak daerah lain di Indonesia. KLHK telah berkomitmen memberikan bantuan berupa unit mesin RDF kepada sejumlah daerah yang menghadapi krisis serupa.
Baca Juga:Selangkah Lagi Gabung Everton, Jack Grealish Siap Reinkarnasi di Goodison ParkPeluang Emas! Manchester United Bisa Dapatkan Donnaruma dengan Harga Miring
“Masalah sampah bukan di Bandung Barat saja, tetapi keseluruhan, dan untuk bantuan RDF itu dari Kementerian LHK, bukan provinsi,” tambahnya.
Pemanfaatan teknologi RDF sejatinya bukan hal baru di Indonesia. Sejumlah kota seperti Cilacap dan Surabaya telah mengoperasikan fasilitas RDF dengan kapasitas pengolahan ratusan ton sampah per hari.
Hasilnya, tekanan pada TPA berkurang signifikan, sementara industri memperoleh pasokan bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan dibanding batu bara.
