JABAR EKSPRES – Bagi masyarakat Jawa, malam 1 Suro bukanlah malam biasa. Di balik suasana hening dan gelapnya malam itu, tersimpan nilai-nilai spiritual, filosofi hidup, serta kepercayaan leluhur yang diwariskan secara turun-temurun.
Salah satu kepercayaan paling terkenal adalah larangan untuk tidak keluar rumah pada malam 1 Suro. Sekilas terdengar sepele, namun anjuran ini sebenarnya berasal dari kearifan lokal yang sangat dalam maknanya. Mengapa masyarakat Jawa begitu menjaga malam ini? Berikut ulasan lengkapnya.
Dalam penanggalan Jawa, 1 Suro merupakan awal tahun baru Jawa yang biasanya bersamaan dengan tanggal 1 Muharram dalam kalender Hijriahw. Malam menjelang 1 Suro, yang dimulai saat matahari terbenam, diyakini sebagai malam yang penuh kekuatan spiritual.
Baca Juga:Link Video Viral Anggi dan Saleh Part 2, Siapa Mereka Ini SosoknyaRundown Hari Kiamat di X Imbas Isu Perang Dunia III, Benarkah?
Menurut kepercayaan masyarakat Jawa, malam ini adalah saat di mana tirai antara dunia nyata dan dunia gaib menjadi sangat tipis. Artinya, keberadaan makhluk halusw dan energi metafisik bisa terasa lebih dekat dari biasanya. Karena itulah, malam ini dianggap memiliki potensi besar terhadap kejadian-kejadian supranatural yang bisa memengaruhi kehidupan manusia secara langsung.
Kepercayaan turun-temurun menyebutkan bahwa malam 1 Suro adalah momen di mana energi negatif meningkat. Banyak orang tua di Jawa percaya bahwa pada malam tersebut, makhluk gaib berkeliaran lebih bebas, dan mereka bisa mengganggu siapa pun yang tidak siap secara batin.
Keluar rumah saat malam 1 Suro dianggap membuka peluang untuk mengalami hal-hal buruk mulai dari sial, penyakit, hingga gangguan dari makhluk halus. Itulah sebabnya banyak orang tua memperingatkan anak-anak agar tidak berkeliaran malam-malam, terutama pada malam ini, karena yang ditemui di jalan belum tentu manusia.
Salah satu tradisi paling sakral yang dilakukan pada malam 1 Suro adalah tapa bisu. Ini adalah laku spiritual yang dilakukan tanpa berbicara, tanpa makan dan minum, serta tidak meninggalkan rumah sepanjang malam.
Tapa bisu bukan hanya bentuk pengasingan diri, tetapi juga proses perenungan batin. Dengan menyepi dari hiruk-pikuk dunia luar, seseorang diajak untuk membersihkan jiwa dan menyambut tahun baru Jawa dengan kedamaian hati. Larangan keluar rumah di malam ini pun menjadi bagian penting dari proses kontemplasi tersebut.