JABAR EKSPRES – Warga terdampak bencana alam di sejumlah wilayah Kabupaten Bandung Barat (KBB) masih hidup dalam ketidakpastian, setelah janji relokasi dari pemerintah tak kunjung direalisasikan meski sudah berbulan-bulan berlalu sejak bencana terjadi.
Di Kampung Cigombong, Desa Cibedug, Kecamatan Rongga, puluhan keluarga masih menanti kejelasan nasib setelah rumah mereka hancur akibat tanah longsor pada Februari 2024.
Salah satu warga, Acih, tak kuasa menahan air mata saat melihat puing rumah yang dulunya dibangun dari bantuan program rumah tidak layak huni (rutilahu).
Baca Juga:Terjebak Skema Besar, Manchester United Mandek di Bursa TransferSPMB Kota Bandung Bersih dari Jual Beli Kursi, Tak Ditemukan Transaksi Mencurigakan
“Air mata saya menetes tiap kali saya ke sini. Rumah ini dulu dibangun dari bantuan rutilahu, tapi cuma sempat ditinggali setahun sebelum bencana menghancurkannya,” ujar Acih kepada wartawan, Senin (23/6/2025).
Hampir satu setengah tahun sejak bencana, Acih bersama sang suami, Abas (90), terpaksa hidup berpindah-pindah. Karena kelelahan, mereka akhirnya membangun rumah semipermanen di atas kolam lele milik anaknya dengan dana pinjaman sebesar Rp50 juta dari kerabat dan tetangga.
“Kalau janji relokasi jalan, kami nggak akan sampai seperti ini. Tolong diperhatikan, jangan terus dibiarkan seperti orang tak berumah,” katanya lirih.
Hal serupa dialami oleh Wawan (55) dan istrinya, Hindun, yang juga kehilangan rumah akibat longsor. Mereka membangun tempat tinggal seadanya dengan menjual gabah, domba, dan menguras tabungan hingga menghabiskan lebih dari Rp40 juta.
“Pemerintah bilang masih proses, tapi prosesnya tidak jelas. Kami tak butuh pesta perayaan, kami hanya ingin rumah untuk bisa hidup tenang,” ujarnya.
Di wilayah Rongga saja, terdapat lima titik bencana yang belum juga direlokasi, seperti di Kampung Cigombong, Desa Cibedug yang mencatat 48 kepala keluarga (KK) atau 192 jiwa terdampak tanah bergerak.
Kondisi serupa juga terjadi di Kampung Gintung, Desa Cibenda, Kecamatan Cipongkor, yang dijanjikan relokasi oleh BNPB sejak Maret 2024 untuk 30 rumah terdampak banjir bandang dan longsor. Namun hingga kini, realisasi relokasi belum tampak.
Baca Juga:Pembangunan SMKN 1 Cijeungjing di Lereng Tebing, Rp2,6 Miliar Sia-SiaPasca Cedera, Guardiola Awasi Ketat Rodri
Sementara itu di Kampung Patrol Bahubang, Desa Situwangi, Kecamatan Cihampelas, sebanyak 30 rumah rusak akibat pergerakan tanah, dan relokasi belum juga dilakukan.
Begitu juga di Desa Nyalindung, Kecamatan Cipatat, yang terdampak banjir luapan Sungai Cimeta dan telah dijanjikan relokasi usai Idul Fitri 2025, namun mundur hingga Juli mendatang.
