Viral Grup Facebook “Fantasi Sedarah” Rp50.000 Untuk 20 Video, Benarkah 30.000 Akun Terlibat?

Viral Grup Facebook “Fantasi Sedarah” Rp50.000 Untuk 20 Video, Benarkah 30.000 Akun Terlibat?
Viral Grup Facebook “Fantasi Sedarah” Rp50.000 Untuk 20 Video, Benarkah 30.000 Akun Terlibat?
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Jagat media sosial kembali diguncang oleh temuan mencengangkan sebuah grup Facebook bernama “Fantasi Sedarah” diam-diam menjadi sarang penyebaran konten mesum yang menyimpang dan sangat meresahkan.

Ironisnya, konten yang beredar di dalam grup itu dijual bebas dengan harga murah, yakni hanya Rp50.000 untuk 20 video mesum, bahkan ada yang menawarkan 40 konten dengan harga Rp100.000.

Grup ini bukan hanya menyebarkan pornografi, tetapi juga diduga kuat mempromosikan penyimpangan seksual bertema incest atau hubungan sedarah. Fakta ini sontak membuat masyarakat geram dan mendorong aparat penegak hukum untuk turun tangan.

Baca Juga:Dibayar Rp218.000 dari 1 Tugas Termudah di Aplikasi Penghasil Uang 2025! Begini Cara MainnyaHarga Samsung Galaxy S25 EDGE di Indonesia, Apakah Layak Beli? Ini Keunggulan dan Spesifikasinya

Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri, Brigjen Pol Himawan Bayu Aji, menyebut para pelaku memiliki berbagai motif. Ada yang hanya mencari kepuasan pribadi, namun ada juga yang secara aktif menjual konten demi keuntungan finansial.

Salah satu tersangka lain, DK, adalah pelaku yang terang-terangan menawarkan konten berbayar kepada anggota grup. Melalui pesan langsung di Facebook, DK menawarkan video dan gambar mesum dalam paket tertentu. Misalnya, Rp50.000 untuk 20 video, atau Rp100.000 untuk 40 foto dan video mesum.

Grup “Fantasi Sedarah” di Facebook dibuat dengan pengaturan tertutup dan hanya bisa diakses oleh anggota yang sudah disaring oleh admin. Di dalam grup itulah terjadi jual-beli konten yang mengandung penyimpangan seksual. Beberapa pelaku bahkan memanfaatkan identitas palsu untuk memikat anggota dan mendorong mereka membeli konten mesum.

Polisi menyita sejumlah barang bukti seperti ponsel, laptop, kartu SIM, dan rekening bank yang digunakan untuk transaksi. Penyelidikan masih terus dilakukan untuk mengungkap apakah ada jaringan yang lebih luas di balik praktik keji ini.

0 Komentar