Langkah Strategis PERKI Tekan Angka Kematian Akibat Penyakit Jantung dan Stroke

JABAR EKSPRES – Angka kematian akibat penyakit kardiovaskular seperti jantung dan stroke terus mengalami peningkatan signifikan setiap tahunnya. Di Indonesia, data dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) mencatat bahwa pada 2019, sebanyak 651.481 orang meninggal dunia akibat penyakit ini.

Menyikapi situasi tersebut, Kelompok Kerja (Pokja) Prevensi dan Rehabilitasi Kardiovaskular – Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) resmi meluncurkan Deklarasi InaPrevent 2025, sebagai upaya nasional dalam menekan laju penyakit mematikan tersebut.

Ketua PERKI, dr Ade Meidian Ambari, menyebut penyakit kardiovaskular sebagai silent killer yang sejatinya dapat dicegah sejak dini. Menurutnya, pendekatan komprehensif yang mencakup promosi gaya hidup sehat, deteksi dini, serta rehabilitasi pascakejadian menjadi strategi utama dalam mengurangi angka kematian.

“Kami ingin prevensi menjadi budaya nasional, dan rehabilitasi menjadi hak bagi semua penyintas kardiovaskular di Indonesia,” ujar dr Ade dalam peluncuran deklarasi di Hotel Pullman, Kota Bandung, Sabtu (10/5).

Senada dengan itu, Ketua Pokja Prevensi dan Rehabilitasi Kardiovaskular PERKI, dr Abdul Halim Raynaldo, menegaskan bahwa isu kardiovaskular bukan semata persoalan medis, melainkan juga masalah sosial dan ekonomi.

“Data BPJS Kesehatan tahun 2022 menunjukkan bahwa layanan untuk penyakit jantung dan pembuluh darah menyerap dana sebesar Rp10,9 triliun untuk 13.972.050 kasus. Ini menunjukkan besarnya beban finansial yang ditimbulkan,” jelasnya.

Deklarasi InaPrevent 2025, lanjut dr Halim, diharapkan menjadi tonggak transformasi sistem pencegahan dan rehabilitasi jantung di Indonesia. Ia menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor.

“Deklarasi ini mengajak semua pihak—bukan hanya dokter, tapi juga keluarga, lembaga pendidikan, pemangku kebijakan, sektor swasta, hingga komunitas olahraga—untuk turut berperan. Agar para penyintas kardiovaskular mendapat kesempatan kedua untuk hidup sehat dan produktif,” tutupnya.

Writer: Sandi Nugraha

Tinggalkan Balasan