Penjualan Motor Listrik Lesu, Polytron Bidik Pasar Asia Tenggara

JABAR ESKPRES – Perusahaan teknologi asal Indonesia, Polytron, yang kini melebarkan sayap ke motor listrik, mulai mengambil langkah strategis yakni memperluas jangkauan ke pasar internasional.

Langkah tersebut diambil menyusul angka penjualan motor listrik di tanah air yang saat ini tengah merosot tajam.

Commercial Director Polytron, Tekno Wibowo, mengungkapkan bahwa pihaknya kini tengah fokus mengembangkan pasa ekspor, khususnya ke kawasan Asia Tenggara.

Di negara Asia Tenggara, Vietnam dan Thailand menjadi sasaran utama, sementara satu negara lainnya adalah Maladewa. Namun dari ketiga negara tersebut, Vietnam dinilai paling menjanjikan.

“Vietnam sangat potensial karena merupakan pasar motor terbesar kedua di dunia. Selain itu, tren kendaraan listrik di sana juga mulai tumbuh pesat,” ujar Tekno di Jakarta.

BACA JUGA: 5 Motor Bebek Klasik yang Diburu Kolektor di Indonesia

Keputusan ekspansi ini muncul setelah penjualan motor listrik Polytron anjlok hingga 50 persen pada kuartal pertama 2025, dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Adapaun penyebab utamanya adalah ketidakjelasan terkait kebijakan subsidi pemerintah terhadap kendaraan listrik.

“Produksi motor listrik kami masih berjalan normal. Tapi karena belum ada kejelasan soal insentif, banyak konsumen yang menunda pembelian. Mereka khawatir jika beli sekarang, lalu bulan depan subsidi diumumkan, akan rugi,” jelas Tekno.

Di tengah ketidakpastian domestik, pasar internasional menjadi harapan baru. Selain Vietnam, Thailand juga dinilai memiliki potensi besar, sementara negara kecil seperti Maladewa mulai menunjukkan ketertarikan terhadap kendaraan ramah lingkungan.

BACA JUGA: Motor Tiger Indramayu (MORTIR) Rayakan 20 Tahun Kebersamaan dalam Event Akbar “KEEP OUR SOUL”

Meski diterpa tantangan di awal tahun, Polytron tetap menunjukkan sikap optimistis. Perusahaan berharap kejelasan insentif dari pemerintah dapat segera diberikan agar konsumen tidak lagi menunda pembelian dan pelaku industri bisa menyusun strategi jangka panjang dengan lebih pasti.

“Kami tetap harus optimis. Ekonomi Indonesia ini sangat bergantung pada konsumsi dalam negeri. Jadi, semua pihak harus ikut menyuarakan semangat positif agar roda ekonomi tetap bergerak,” tutup Tekno.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan