JABAR EKSPRES – Di Aula Sabanda Sariksa, Jalan Jakarta, Selasa (6/5), sekelompok warga binaan Rutan Kelas I Bandung tengah memegang sisir, gunting, dan cetakan kue.
Bukan sekadar pelatihan teknis, tapi bagian dari ikhtiar panjang mengikis stigma dan membuka peluang kedua.
Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung bersama pihak rutan menggelar pelatihan barber dan pastry bagi 40 warga binaan.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, yang hadir dalam pembukaan pelatihan, menyebut inisiatif ini sebagai langkah konkret memberdayakan warga binaan sekaligus meruntuhkan prasangka.
“Stigma bahwa warga alumni lapas tidak bisa diperbaiki harus kita buktikan salah. Memang tidak mudah, tetapi di situlah letak berkahnya,” ujar Farhan.
BACA JUGA: Bukan Sekadar Warna-warni, Ada Lembur Katumbiri dan Cerita Baru dari Sudut Dago
Ia menekankan pentingnya mengakui warga binaan sebagai bagian dari masyarakat Kota Bandung.
“Mereka adalah warga kita, hanya saja sedang dalam proses pembinaan. Kesempatan memperbaiki diri itu harus kita dukung penuh,” katanya.
Sebagai bentuk komitmen, Farhan berencana datang kembali pada hari ke-10 pelatihan untuk menjadi “klien” peserta barber.
“Saya akan datang untuk dicukur. Bukan formalitas, tapi bukti pelatihan ini berdampak nyata,” ucapnya.
Pelatihan ini berlangsung selama 7 hari untuk pastry dan 10 hari untuk barber, mulai pukul 08.00 hingga 14.00 WIB.
Kegiatan ini merupakan bagian dari 240 paket pelatihan yang digulirkan Disnaker tahun ini melalui pendanaan APBD.
Kepala Disnaker Kota Bandung, Andri Darusman, mengatakan pelatihan ini bertujuan memperluas kesempatan kerja dan menyiapkan peserta agar siap kembali ke masyarakat dengan keterampilan baru.
BACA JUGA: Pembangunan Sekolah Rakyat Masih Terkendala Luas Lahan, Ini Kata Dinsos Kota Bandung!
Kepala Kanwil Dirjen Pemasyarakatan, Kusnali, berharap program ini tak berhenti di dua bidang tersebut.
Ia mengusulkan pelatihan servis AC, mengingat kebutuhan jasa tersebut terus meningkat. “Kalau dilatih servis AC, itu bukan hanya keahlian, tapi peluang kerja yang sangat aplikatif,” ujarnya.
Lebih jauh, Kusnali mendorong adanya kebijakan dari Pemkot Bandung untuk menyerap tenaga eks-warga binaan dalam program layanan publik.
“Mereka bisa jadi bagian dari tim perawatan fasilitas, termasuk servis AC di perkampungan,” tuturnya.