JABAR EKSPRES – Anggota Komisi V DPRD Jabar Zaini Shofari merespons kebijakan yang akan diambil Gubernur Dedi Mulyadi terkait pendidikan militer bagi anak nakal. Ia menawarkan opsi pendidikan di Pondok Pesantren.
Zaini menuturkan, kenakalan remaja saat ini memang menjadi fenomena yang patut untuk jadi perhatian. Namun penyelesaiannya bukan serta merta dengan dibina di barak militer.
Menurutnya, karakter anak yang nakal itupun tetap masih bisa dibentuk. Tinggal pihak atau siapa yang membentuknya. “Kebijakan yang dipaksakan juga belum tentu efektif,” ujarnya, Selasa (29/4/2025).
BACA JUGA:Pemkot Bandung Dukung Pendidikan Militer Bagi Siswa Nakal : SMA Di Bawah Kewenangan Provinsi
Namun sebelum itu, masalah kenakalan remaja itu juga patut didalami akar masalahnya. Misalnya dengan memperhatikan juga kondisi keluarga. “Anak nakal bisa terbentuk juga karena kondisi keluarga yang tidak baik. Soal ketahanan keluarga juga perlu perhatian,” bebernya.
Politikus PPP itu melanjutkan, kondisi keluarga yang tidak baik ternyata membuat pendidikan karakter pada anak tidak terjadi. Termasuk rendahnya pendidikan keagamaan dan moral bagi anak.
Zaini menambahkan, dari pada harus melibatkan unsur TNI dan Polri yang sudah punya tanggung jawab besar, menurutnya pemerintah bisa mengoptimalkan beberapa sumber daya yang ada. Misalnya dengan pengoptimalan guru BK di sekolah.
BACA JUGA:KDM Tegaskan Pendidikan Militer Anak Nakal Tetap Izin Ortu dan Bukan Pola Perang
“Jadi guru BK itu tak sekedar konseling, tapi juga peran penguatan pendidikan karakter,” imbuhnya.
Zaini menyarankan dari pada menyerahkan pada unsur TNI Polri, pendidikan karakter itu lebih baik diserahkan ke Pondok Pesantren. “Kami setuju soal kedisiplinan pada TNI Polri. Tapi untuk karakter, kami tidak setuju,” jelasnya.
Menurut Zaini, pendidikan pondok pesantren bisa dijadikan alternatif pendidikan karakter itu. Karena di ponpes, santri juga dididik bangun pagi lalu tahajud, mengaji hingga salat subuh. Lalu santri juga dibekali dengan pendidikan keagamaan. “Jadi tidak seluruhnya harus diselesaikan dengan militerisme,” tutupnya.(son)