Program Makmur Sejahterakan Petani Nagreg, Bangun Ekosistem hingga Katrol Panen Jagung

Makmur merupakan singkatan dari Mari Kita Majukan Usaha Rakyat. Dulunya program itu dikenal dengan nama Agro Sulution. Salah satu program yang dikenalkan pada petani di wilayah Jember dan Banyuwangi. Program itupun kemudian diperluas ke lebih dari 26 provinsi di Indonesia.

BACA JUGA: Cara Daftar Petani Milenial 2024, Gaji Rp10 Juta Per Bulan

Termasuk di Jabar dan salah satunya yang menyasar petani di Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung. “Ini hampir di tiap daerah ada. Tentu dengan berbagai varian komoditasnya,” imbuh Wahyu.

Secara konsep, Program Makmur merupakan upaya pendampingan intensif kepada para petani dengan sistem berkelanjutan. Program itu menyasar pada sisi on farm maupun off farm.

Saat on farm, petani dapat pendampingan mulai dari analisis tanah, pemupukan hingga rekomendasi benih. Program berlanjut hingga penyediaan akses pupuk, benih hingga berbagai sarana produksi pertanian (saprodi) lain.

Pada saat pendampingan di 2021 lalu misalnya, tim dari Pupuk Kujang maupun Pupuk Indonesia datang langsung ke Nagreg. Mereka mendampingi para petani. Ilmu mengenai komposisi pupuk, pemilihan bibit, hingga soal analisis tanah ditularkan secara langsung.

Sementara aspek off farm akan mengupayakan dukungan petani dalam hal pemasaran atau offtaker yang membeli hasil panen petani hingga soal permodalan.

BACA JUGA: Diberdayakan BRI, Petani Mangga Bondowoso Mampu Perluas Lahan dan Tingkatkan Taraf Hidup

Di 2021, Program Makmur menyentuh 71 ribu hektar luas tanam dengan 50 ribu petani digandeng. Lalu di 2022 ada 94 ribu petani digandeng dengan 184 ribu hektar luas tanam.

Sementara itu, Ayep juga mengakui turut merasakan dampak positif dari program tersebut. Saat itu pihaknya mengikuti betul pelatihan dan pendampingan tim dari Pupuk Indonesia yang terjun ke wilayahnya.

Ia mendapatkan bekal mengenai pemilihan benih, hingga mekanisme pemupukan yang tepat untuk jagung. Termasuk manfaat dari analisis tanah yang telah dilakukan tim. “Program itu sangat membantu,” cetusnya.

Ayep menceritakan, sebelum ada program itu pihaknya cenderung asal-asalan dalam memupuk jagung yang ditanam, modalnya hanya insting dan pengalaman. Ternyata itu kurang tepat dan membuat boros pupuk.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan