JABAR EKSPRES – Ayep Saepudin merupakan satu dari petani di Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung, Jawa Barat yang mampu sejahtera. Ia mampu menghidupi istri dan lima anaknya dari bertani jagung. Kesejahteraan itu juga berkat suntikan Program Makmur besutan PT Pupuk Indonesia.
Pagi itu langit sedang tidak mendung. Hawa dingin masih sedikit menyelimuti Desa Ciaro, tempat Ayep tinggal. Selepas menyeruput secangkir kopi dan menikmati gorengan buatan sang istri, Ayep bersiap pergi ke sawah. Lokasinya juga tidak jauh dari rumah.
Pria kelahiran 1978 itu mengenakan seragam dan atribut dinasnya. Yaitu kaos panjang tersablon #PupukIndonesiaAda, celana panjang, bertopi dan sepatu boot. Serta golok dengan panjang sekitar 30 centimeter yang terikat di pinggang.
Ayep kemudian memanggul pupuk menuju sawahnya. Ia akan memupuk tanaman jangungnya.
BACA JUGA: Petani Nagreg Sambut Baik Pemangkasan Aturan Distribusi Pupuk Subsidi
Setibanya di sawah, Ayep kemudian meracik campuran Pupuk NPK Phonska dan Urea. Kemudian ditaburkan ke sekitaran batang bibit jagungnya. Itu merupakan salah satu aktivitas rutinnya di pertengahan musim tanam dan panen.
Pria berambut pendek itu awalnya adalah buruh pabrik. Namun setelah pulang kampung, ia sampai kini menekuni pekerjaannya sebagai petani. “Sejak 2012, mulai fokus jadi petani,” katanya.
Pekerjaannya sebagai buruh pabrik di Kota Bandung tidak sepenuhnya menjanjikan. Iapun memutuskan untuk pulang kampung dan meneruskan pekerjaan orang tuanya sebagai petani. Ia memulai bertani dengan sepetak lahan hasil sewa. “Dulu itu luasnya hanya sekitar 0,3 hektar. Itu juga sewa,” jelasnya, Sabtu (4/1).
Puluhan musim tanam dan panen dilalui dengan tekun serta sabar. Sawah Ayep terus berkembang. Ia kini memiliki sawah sekitar 2,5 hektar. Buah dari uang hasil panen yang ia sisihkan di samping kebutuhan rumah tangga. Dari sawah itulah, ia mampu menghidupi istri dan lima anaknya. “(Anak.red) Ada yang sudah kerja, kuliah, masih SMA, dan yang kecil masih di bangku PAUD,” cetusnya.
Menurut Ayep, penghasilan dari bertani memang tidak pasti sebagaimana buruh pabrik atau pegawai negeri yang punya gaji tetap tiap bulan. Tapi dari bertani itu ia justru bisa mengatur perputaran uang dengan maksimal.