JABAR EKSPRES – Gunungan sampah setinggi 3 meter di Pasar Induk Gedebage, Kota Bandung, telah menjadi pemandangan sehari-hari selama beberapa bulan terakhir.
Tumpukan tersebut memicu bau menyengat, aliran cairan sampah (leachate) yang mencemari lingkungan, serta keresahan pedagang dan pengunjung pasar.
Ketua Paguyuban Pasar Induk Gedebage, Agus, mengungkapkan bahwa kondisi ini sudah berlangsung selama tiga hingga empat bulan.
Menurutnya, pihak paguyuban telah berulang kali meminta pertanggungjawaban pengelola pasar, namun hingga kini tidak ada solusi konkret.
BACA JUGA: Berbulan-bulan Tidak Diangkut, Sampah Menggunung di TPS Pasar Induk Gedebage
“Sebetulnya pihak kami sudah meminta pertanggungjawaban kepada pengelola. Ini kepentingan bersama,” ujar Agus saat ditemui Jabar Ekspres di ruang kerjanya, Kamis (2/1).
Agus menjelaskan bahwa paguyuban telah mengambil langkah swadaya untuk menangani sampah pasar, termasuk mengangkut 20 kubik sampah per hari dari lapak pedagang.
Namun, hanya sekitar 4 kubik yang berhasil diolah menggunakan mesin gibrik, sementara sisanya terus menumpuk.
Meski begitu, paguyuban kerap menghadapi kendala keterbatasan dana operasional. Biaya pengangkutan ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) mencapai Rp158 ribu per kubik, sementara pemasukan dari pedagang tidak mencukupi.
“Kalau kami tidak sanggup, ya seperti ini. Tapi selama ini pengelola apatis,” tambah Agus.
Ia juga menyoroti absennya perjanjian kerja sama (PKS) antara pengelola pasar dengan DLH.
Agus menilai, pengelola harus bertanggung jawab atas masalah ini karena sampah yang dihasilkan berasal dari aktivitas pasar.
Menurut Agus, masalah sampah di Pasar Induk Gedebage mencerminkan buruknya koordinasi antara pengelola, pedagang, dan pemerintah.
BACA JUGA: Jelang Tahun Baru 2025, Harga Cabai di Pasar Baleendah Alami Kenaikan!
Ia berharap ada perhatian lebih besar dari pihak terkait untuk segera menyelesaikan persoalan ini.
“Kami hanya bisa bertahan sebisanya. Jika ini terus dibiarkan, kondisi ini akan semakin parah,” pungkasnya.