Diplomasi TNI Sudah Dilaksanakan dari Era Presiden Soekarno

Oleh: M. Ismail Mangkusubroto

KELAHIRAN atau terbentuknya Tentara Nasional Indonesia (TNI) tidak lepas dari kancah perjuangan melawan penjajah asing dalam menuju kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Kelahiran TNI yang berasal dari kancah Revolusi Fisik, berarti perjuangan militer dan perjuangan politik, memberikan ciri khas tersendiri bagi TNI dibanding dengan tentara-tentara negara ASEAN lain.

Contohnya, peran TNI di bidang politik pada masa perjuangan tahun 1945-1949 juga dipengaruhi oleh faktor-faktor ancaman kedatangan Inggris dan Belanda.

Kedua negara ini memiliki pandangan yang keliru terhadap apa yang terjadi di Indonesia setelah dijajah oleh Jepang. Kedua negara masih menganggap bahwa Indonesia dibawah kolonialisme Jepang merasa tersiksa dan tertindas.

Kembalinya kekuasaan negara Barat dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia. Hal ini juga yang mendorong Belanda untuk dapat menguasai kembali Indonesia dengan memanfaatkan pasukan Inggris di Indonesia.

Insiden di Surabaya pada tahun 1945, bermula dengan tindakan pasukan Inggris untuk membebaskan para perwiranya yang ditawan oleh rakyat, dan hal ini mengakibatkan terjadinya pertempuran 10 November 1945.

Pertempuran antara TNI, Polisi, dan rakyat dengan pihak Inggris berlangsung singkat dan tidak seimbang. Namun, peristiwa gugurnya Brigadir Mallaby telah mengubah pandangan strategis Inggris terhadap kemampuan yang dimiliki oleh Indonesia dan membuka dua dimensi strategis yang baru.

Dimensi tersebut yaitu nasional dan internasional, di mana dalam pandangan dalam negeri, pertempuran Surabaya makin meningkatkan kesadaran bela negara dan semangat perlawanan masyarakat beserta unsur militer terhadap ancaman kepada negara dan bangsa.

Dimensi internasional yaitu bahwa dengan adanya pertempuran tersebut, telah membuka mata dunia, bahwa Indonesia merupakan negara yang baru saja lahir sanggup mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaannya.

Kemampuan ini, pada perjuangan selanjutnya merupakan kartu militer dan juga kartu diplomasi TNI yang sangat kuat, yang juga digunakan oleh pemerintah Indonesia dalam pelaksanaan politik luar negeri.

Dalam rangka melawan potensi ancaman asing, TNI menempuh dua cara untuk mengatasi hal tersebut. Pertama, secara fisik-militer atau berperang, dan kedua dengan cara diplomasi.

Para pimpinan TNI sadar, bahwa perlawanan secara militer saja tidak akan mendatangkan kemenangan. Terdapat dua manfaat yang dapat dicapai dari perlawanan secara fisik-militer.

Tinggalkan Balasan