Istilah Black Friday, Pengertian dan Asal-usulnya, Ternyata….

JABAR EKSPRES- Black Friday merupakan perayaan belanja besar-besaran yang dirayakan pada hari Jumat setelah Thanksgiving di Amerika Serikat.

Pada hari ini, banyak toko menawarkan diskon besar-besaran untuk menarik konsumen berbelanja dalam persiapan Natal. Sejak tahun 2005, Black Friday secara rutin menjadi hari belanja tersibuk di Amerika Serikat.

Meskipun tidak diakui sebagai hari libur resmi, banyak karyawan menjadikannya hari libur, kecuali mereka yang bekerja di ritel. Fenomena Black Friday juga telah menyebar ke berbagai negara di dunia, di mana pengecer menawarkan diskon besar-besaran kepada pelanggan.

Pada hari Black Friday, toko-toko bahkan mungkin tetap buka hingga tengah malam, dan diskon yang diberikan bisa mencapai 50% – 75%. Barang-barang yang paling banyak dibeli saat even ini meliputi buku, film, musik, video games, pakaian, perhiasan, smartphone, tablet, monitor, TV LED, dan konsol game.

Baca juga: Setelah Heboh Bunga Tabebuya di Baleendah, Kini Flamboyan Mekar di IPAL Cikoneng

Baca juga:  Peringati Ulang Tahun ke-56, IOH Serukan Semangat ‘menembu56atasan’ dalam Berdayakan Indonesia

Walaupun memiliki sejarah yang kontroversial, istilah ini kini menjadi momen diskon yang sangat dinantikan oleh banyak orang. Asal-usulnya tidak sepenuhnya jelas, dengan beberapa teori yang mencoba menjelaskan fenomena ini.

Asal-usul Black Friday

Asal-usul Black Friday tidak sepenuhnya jelas.Beberapa teori menjelaskan asal-usul Black Friday:

  1. Krisis keuangan pada tahun 1869: Teori ini menjelaskan bahwa  istilah ini berasal dari krisis keuangan yang parah di negara Paman Sam pada 24 September 1869, sebagai akibat dari krisis komoditas emas. Banyak investor kehilangan uang, dan para ekonom percaya bahwa penjualan yang lebih rendah pada Black Friday tahun ini adalah tanda bahwa ekonomi sedang melambat.
  2. Jual beli budak: Teori ini menjelaskan bahwa istilah ini terjadi setelah Thanksgiving untuk membantu petani di Amerika Serikat bagian selatan membeli budak dengan harga disko. Namun, peristiwa tersebut masih dianggap mitos.
  3. Kerikutan di toko-toko dan kabur dengan barang dagangan: Teori ini menjelaskan bahwa Black Friday merupakan bagian dari musim belanja liburan, dan diskon tidak hanya diberikan oleh toko-toko besar, tetapi juga para pengecer.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan