Jabar Ekspres – Pemerintah Provinsi Jawa Barat memastiskan akses dari dan menuju Bandara Internasional Jawa Barat atau Bandara Kertajati menjadi lebih efisien dengan tersedianya transportasi darat seperti Damri. Pj Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin menegaskan, sejumlah armada tersebut telah disiapkan di daerah penyangga seperti di Majalengka.
Bey mengatakan, hal itu dipersiapkan untuk mewujudkan integrasi antarmoda di Bandara Kertajati. “Damri disiapkan di daerah sekitar Cirebon, Majalengka, Kuningan bahkan Sumedang,” kata Bey.
Pemprov Jabar menawarkan potongan harga atau diskon untuk setiap pembelian Damri menuju Bandara Kertajati sebagai salah satu upaya mendukung beroperasinya bandara tersebut. Pembahasannya dibahas bersama para pimpinan perusahaan Damri dan sejumlah moda transportasi lainnya.
“Dengan adanya potongan harga ini, kami berharap masyarakat memanfaatkan adanya bandara ini,” kata Bey.
Tak hanya Damri saja, armada yang siap melayani ke Bandara Kertajati ini ada moda bus, shuttle, dan taksi. Pemberangkatan dari Majalengka, Indramayu, Karawang, Banjar hingga Pangandaran.
BACA JUGA: Ini Alasan Pj Gubernur Jabar Minta Persib Gunakan BIJB saat ada Laga Tandang
Khusus dari Majalengka ke Bandara Kertajati dan sebaliknya, tarif armada Mekarsari Shuttle dipatok sebesar Rp 40 ribu. Calon penumpang bisa langsung datang ke Kantor Mekarsari Shuttle, Jl. KH. Abdul Halim Ling Puspa No. 509 Depan Polres Majalengka. Menurut laman bijb.co.id, transportasi ke Bandara Kertajati dari Majalengka memberikan diskon hingga Desember 2023.
Selain Mekarsari, transportasi MS Trans melayani perjalanan dari Majalengka ke BIJB dengan tarif Rp 50.000 dan diskon menjadi Rp 40.000. Sementara Blue Bird dengan semua rute tarifnya hanya Rp 4.800 per kilometer, diskon maksimal Rp 50.000 dari tarif akhir.
Kabupaten di Jawa Barat ini menjadi buah bibir karena Bandara Kertajati ini menduduki posisi terbesar kedua di Indonesia. Apalagi, Kabupaten Majalengka punya banyak spot wisata yang luas dan asri, seperti Telaga Nila, Terasering Panyaweuyan Argapura, dan Gunung Ciremai. Nah, selain terkenal dengan produksi kecap tuanya, Kota Angin ini pun memiliki sebuah desa yang sudah eksis sejak 800 tahun yang lalu, lho! Namanya adalah Desa Bantaragung.