RSUD Otista Soreang Buka Layanan Bagi Caleg yang Gagal, Siapkan Fasilitas dan Ruangan Khusus

JABAR EKSPRES – Menghadapi pemilu 2024, ada rumah sakit yang nantinya akan menyediakan fasilitas untuk para calon anggota legislatif (caleg) yang gagal dalam pemilu 2024.

Seperti Rumah Sakit Sayang di Kabupaten Cianjur, RS itu menyediakan dokter spesialis seperti psikolog dan psikiater untuk memulihkan depresi para caleg yang  gagal.

Menanggapi hal itu, Direktur Utama Rumah Sakit Otista Soreang, Yani Sumpena Muchtar mengatakan jika di RS Otista akan siap untuk menyediakan ruang khusus bagi para caleg yang tidak terpilih pada pemilu 2024 nanti.

“Jadi untuk Otista sebetulnya kalau dipaksakan kita bisa menyiapkan di LG di lokground di bawah ya kita liat aja. InshaAllah dari mengharuskan harus siap kita akan siap,” ujar Yani saat dihubungi, Kamis (16/11/2023).

Yani memastikan kan ada ruangan khusus bagi para Caleg yang depresi.

“Bisa karena lokasi juga memungkinkan cuman pasti kita akan satu lantai dibawah kita tidak bercampur dengan pasien lain karena kalau kita masih satu hamparan satu lantai bisa mengganggu kenyamanan yang lain,” katanya.

Namun hingga kini, Ia mengaku belum menerima arahan dari Provinsi Jawa Barat untuk menyiapkan ruangan khusus bagi para Caleg ini

“Kita ini kan ada dibawah pembinaan provinsi atau Menkes, menurut mereka kita harus siapkan yang kita akan siapkan. Tapi sejauh ini kita dari provinsi belum ada arahan,” tuturnya.

Adapun ditanya terkait Rumah Sakit Sayang Cianjur yang sudah menyiapkan terlebih dahulu, pihaknya pun akan siap untuk menyediakan beberapa ruangan.

“Iya pasti lah, sebetulnya satu dua ruangan kita bisa siapkan, tapi kalau khusus kita menyiapkan satu barak untuk itu kita belum siap. Kita lebih banyak ke jumlah lah. Ya kalau jumlahnya dikit mah kita bisa hari ini juga tiba-tiba buat,” ungkapnya.

Akan tetapi, Yani pun tak menampik jika dalam beberapa tahun kebelakang ada kemungkinan para Caleg yang stres hingga harus dirawat.

Namun untuk penyakit tersebut memang harus terpisah dengan penyakit yang lainnya karena bisa mengganggu kondisi pasien lain.

“Jadi gini kalau penyakit jiwa itu harus terpisah dari penyakit lain, gak bisa kita di dalam satu gedung gitu, jika harus terisolasi karena kan dia teriak-teriak dia macam-macam lah bisa mengganggu kondisi pasien lain,” terangnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan