Sejarah Nakba 1948, Malapetaka Terulang Kembali di Era Modern

Sumber: Al-Jazeera/Associated Press

Mereka menghancurkan sedikitnya 2.000 rumah warga Palestina, memasukkan 9.000 warga Palestina ke dalam kamp-kamp konsentrasi, dan melakukan interogasi dengan kekerasan, termasuk penyiksaan, serta mendeportasi 200 pemimpin nasionalis Palestina.

Pemerintah Inggris khawatir akan perlawanan Palestina terhadap Zionis, sehingga mereka memberlakukan pembatasan di beberapa titik imigrasi orang Yaudi Eropa, membuat para pelobi Zionis di London membatalkan upaya mereka.

BACA JUGA: 10.000 Warga Palestina Meninggal Akibat Serangan Israel, 1,5 Juta Orang Mengungsi

Pada tahun 1944, beberapa kelompok bersenjata Zionis menyatakan perang terhadap Inggris karena mencoba membatasi imigrasi Yahudi ke Palestina pada saat orang-orang Yahudi melarikan diri dari Holocaust. Lalu pada awal 1947, pemerintah Inggris mengumumkan bahwa mereka akan menyerahkan bencana yang mereka ciptakan sendiri ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan mengakhiri proyek kolonialisme mereka di sana.

Pada tanggal 29 November 1947, PBB mengadopsi Resolusi 181, yang merekomendasikan pembagian Palestina menjadi negara-negara Yahudi dan Arab. Di bawah rencana pembagian PBB, mereka dapat jatah 55 persen tanah, yang mencakup banyak kota utama dengan mayoritas Arab Palestina dan garis pantai penting dari Haifa ke Jaffa. Negara Arab akan kehilangan lahan pertanian dan pelabuhan utama, membuat Palestina menolak proposal tersebut.

Tak lama setelah Resolusi 181, perang meledak antara Arab Palestina dan kelompok-kelompok bersenjata Zionis yang telah mendapatkan pelatihan dan persenjataan yang ekstensif dari berperang bersama Inggris saat Perang Dunia II. Berbeda dengan Palestina, yang kekurangan dalam kekuatan militernya.

Kelompok-kelompok paramiliter Zionis melancarkan proses pembersihan etnis yang kejam dalam bentuk serangan berskala besar, bertujuan untuk mengusir warga Palestina dari kota-kota dan desa-desa mereka demi membangun sebuah negara Yahudi, yang berpuncak pada peristiwa Nakba.

Sejumlah pemikir Zionis mengklaim bahwa tidak ada bukti adanya rencana induk sistematis untuk melakukan pengusiran terhadap warga Palestina (Nakba) demi pembentukan negara Yahudi dan bahwa pengusiran mereka adalah hasil yang tidak diinginkan dari perang. Namun, kehadiran mayoritas Arab Palestina dalam apa yang dibayangkan oleh para pemimpin Zionis sebagai sebuah negara di masa depan berarti bahwa Nakba tidak dapat dihindari.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan