JABAR EKSPRES – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar memiliki program Satu Desa Satu Hafidz (Sadesha). Ribuan hafidz telah lahir dari program tersebut.
Namun ternyata program itu sedikit menyisakan masalah. Yakni terkait honor para pengajar hafidz di desa – desa yang belum terbayar.
Hal itu diungkapkan Sekretaris Fraksi PKB DPRD Jabar Yuningsih saat paripurna pandangan fraksi beberapa hari lalu. “Sadesha ini jadi program unggulan. 5.321 desa sudah terisi hafidz. Tapi belum dapat honor sampai bulan ini,” katanya menyikapi rancangan Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (P-APBD) 2023.
BACA JUGA: Lagi dan Lagi Tebar Janji, Sayaga Wisata Ngaku Desember Hotel Beroperasi
Yuningsih melanjutkan, pihaknya mendorong agar honor ini bisa jadi prioritas dalam PAPBD 2023 nanti. “Pemprov wajib menganggarkan. Jangan sampai tidak diperjuangkan. Pemprov harus bayar hafidz yang sudah tugas di desa – desa,” tegasnya.
Sadesha merupakan salah satu program unggulan Pemprov Jabar. Tujuannya untuk mewujudkan generasi Jabar Qurani.
Dengan pelatihan yang dilakukan, ada harapan minat generasi muda dalam membaca Al Quran semakin meningkat. Program ini diluncurkan sejak 2018 lalu. Sedikitnya dari seluruh Desa di Jabar telah terisi hafidz.
BACA JUGA: Harga Beras Tak Kunjung Turun, Pedagang Menanti Beras Bulog yang Dijanjikan Pemerintah
Terakhir pada Agustus lalu, sebanyak 2000 penghafal telah diwisuda di Dome Bale Rame Soreang, Kabupaten Bandung. Sadesha menargetkan 5.312 penghafal Al Quran per satu desa. Namun kini total penghafal Al Quran program Sadesha berjumlah 6.000 orang atau melebihi target yang ditetapkan.
Sementara itu, Penjabat Gubernur Jabar Bey Triadi Machmudin juga langsung merespon masukan dari Fraksi PKB itu. Menurutnya, anggaran untuk honor tersebut bakal jadi perhatian. “Ini telah jadi perhatian Pemprov dalam P-APBD 2023. Namun tetap dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah,” katanya. (son)