Banjir Besar di Libya dikhawatirkan akan Mewaskan 2000 Orang

JABAR EKSPRES- Badai Daniel di wilayah Mediterania telah menyebabkan banjir yang menghantam Libya, menyapu bersih permukiman dan merusak rumah-rumah di sejumlah kota pesisir di bagian timur Afrika Utara.

Salah satu pemimpin negara tersebut melaporkan bahwa sekitar 2.000 orang dikhawatirkan tewas akibat banjir ini pada Senin (11/9/2023) seperti yang dilaporkan oleh Al Arabiya.

Kerusakan terparah terjadi di Derna, sebuah kota yang sebelumnya dikuasai oleh kelompok ekstremis selama lebih dari satu dekade dalam kekacauan yang melanda Libya. Kejadian ini menyebabkan infrastruktur rusak dan tidak memadai.

BACA JUGA : Badai Mediterania Daniel Berdampak Tragis: 150 Jiwa Tewas dalam Banjir Libya

Meskipun situasi ini belum menjadi kendala utama, terkadang terdapat bentrokan jadwal dikarenakan kegiatan pernikahan dan kehadiran penghulu yang bersamaan. Menurut Abdul Hanan, Kepala Seksi Binmas Islam Kemenag Kota Bandung, “Situasi ini masih dapat diatasi.”

Dengan jumlah penghulu sebanyak 63 orang, kegiatan pernikahan yang dihadiri oleh penghulu masih terelola dengan baik. Namun, jika tidak ada penambahan dalam tiga atau empat tahun mendatang, dikhawatirkan akan terjadi kekurangan penghulu, seperti yang diungkapkan oleh Abdul Hanan.

Ahmed al-Mosmari, juru bicara angkatan bersenjata negara tersebut, mengaitkan bencana ini dengan runtuhnya dua bendungan di dekatnya yang menyebabkan banjir bandang yang mengakibatkan korban jiwa.

Libya masih terbagi antara dua pemerintahan yang bersaing, satu di timur dan satu di barat, masing-masing didukung oleh milisi dan pemerintah asing.

Sejak pemberontakan tahun 2011 yang menggulingkan Moammar Kadhafi, Libya tidak memiliki pemerintahan pusat, sehingga terjadi pelanggaran hukum dan berkurangnya investasi untuk pembangunan infrastruktur dan layanan publik.

Negara ini kini terpecah antara pemerintahan yang saling bersaing di timur dan barat, masing-masing didukung oleh sejumlah milisi. Derna, bersama dengan kota Sirte, dikendalikan oleh kelompok-kelompok ekstremis hingga tahun 2018.

BACA JUGA : Amerika Serikat Memperingati 22 Tahun Tragedi Kelam Serangan 11 September (9/11)

Di sisi lain, sejumlah kota seperti Bayda dan Susa melaporkan korban tewas akibat banjir ini. Badan Bulan Sabit Merah Libya menyatakan bahwa tiga pekerjanya telah meninggal ketika membantu keluarga-keluarga di Derna dan ada juga laporan mengenai puluhan orang lain yang hilang.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan